Imunisasi: Senjata Biologi Yahudi

Imunisasi: Senjata Biologi Yahudi


Setiap tahunnya berjuta-juta anak menangis, meronta-ronta untuk mengekspresikan penolakan mereka terhadap propaganda zionis yang satu ini. Tetapi tidak ada satu orang pun yang mengerti dan kemudian menolong mereka untuk menghentikan para dokter menancapkan injeksinya ke tubuh mungil mereka. Bahkan orang tua mereka pun telah termakan bujuk rayu mereka, dengan siasat licik yang tentu saja diatur secara sistematis dan dramatisir.

Sejak SD orang tua mereka telah dipahamkan bahwa vaksin adalah obat yang berguna untuk mencegah suatu penyakit dan dapat membantu tubuh mereka menghasilkan antibodi yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari berbagai serangan penyakit. Tentu saja tidak heran mereka percaya dan rela menyerahkan anaknya untuk di vaksin sebagai langkah menciptakan imunitas dalam tubuh bayi-bayinya. Tetapi mereka tidak mengetahui siasat sebenarnya yang tersembunyi dari program tersebut.

Pada awalnya vaksin yang dikembangkan oleh Flexner Brother dan penelitiannya tersebut didanai oleh keluarga Rockefeller yang merupakan keluarga Yahudi yang paling berpengaruh di dunia, dan bagian dari Zionisme International. Mereka jugalah yang kemudian mendirikan WHO (World Health Organization) dan lembaga lainnya untuk menguasai dunia. Dan jelas bahwa propaganda WHO mengenai vaksin yang istilah modernnya disebut sebagai imunisasi adalah salah satu campur tangan zionisme untuk memperbudak seluruh dunia dalam imprealisme lembaga kesehatannya sebagai propaganda mewujudkan “New World Order” mereka.

Dalam buku yang berjudul, “Immunisation: The Reality Behind The Myth”, Dr. William Hay pernah mengungkapkan: “Tidak masuk akal memikirkan bahwa Anda bisa menyuntikkan nanah ke dalam tubuh anak kecil dengan proses tertentu akan meningkatkan kesehatan. Tubuh punya cara pertahanannya sendiri yang tergantung vitalitas pada saat itu. Jika kondisinya sedang fit, tubuh akan mampu melawan semua infeksi dan jika kondisinya sedang menurun, tidak akan mampu. Dan Anda tidak akan mengubah kebugaran tubuh menjadi menjadi lebih baik dengan memasukan racun apa pun juga ke dalamnya.”

Pendapat tersebut bukanlah tidak beralasan. Walaupun dalam pembuatannya, vaksin adalah bibit virus yang sengaja dilemahkan sedemikian rupa. Dan diharapkan dapat mengetes imunitas anak. Akan tetapi vaksin belum tentu menjadi antibodi sebagaimana yang mereka terangkan. Kita hanya dijadikan tikus percobaan terhadap vaksin mereka tersebut tanpa menghasilkan apa pun. Jadi vaksin bukan hanya sesuatu yang sia-sia dalam mencegah penyakit, tetapi juga kontraproduktif karena merusak dan melukai system kekebalah tubuh sehingga dapat meningkatkan resiko kanker, penyakit kekebalan tubuh, dan SIDS yang menyebabkan cacat dan kematian.

Barbara Loe Fisher, Presiden Pusat Informasi Vaksin Nasional Amerika juga pernah mengatakan: “Vaksin bertanggung jawab terhadap peningkatan jumlah anak-anak dan orang dewasa yang mengalami gangguan system imun dan syaraf, hiperaktif, kelemahan daya ingat, asma, sindrom keletihan kronis, lupus, arthritis reumatiod, sklerosis multiple, dan epilepsi. Bahkan AIDS yang tidak pernah dikenal dalam dua dekade lalu, kini telah menjadi wabah seluruh dunia saat ini.”

Pendapat senada pun pernah dikemukakan oleh Dr. W.B. Clarke, seorang peneliti kanker di Inggris. Beliau mengatakan: “Kanker pada dasarnya tidak dikenal sebelum kewajiban vaksinasi cacar mulai diperkenalkan. Saya telah menghadapi 200 kasus kanker dan tak seorang pun dari mereka yang terkena kanker tidak mendapatkan vaksinasi sebelumnya.”


-Fakta dan Realita

Untuk menguatkan pendapat para dokter tersebut. Kita pun perlu melihat kembali fakta yang pernah terjadi di Amerika pada tahun 1991-1994. Pada saat itu ada 38.787 kasus kesehatan yang telah dilaporkan kepada Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) FDA. Dari jumlah tersebut, ada 45% terjadi pada saat vaksinasi, 20% pada hari berikutnya, dan sisanya pada beberapa minggu dan bulan kemudian.

Bahkan Dr.W.Torch pernah mendokumentasikan 12 kasus kematian pada anak yang terjadi dalam 3,5 sampai 19 jam pasca imunisasi DPT. Kemudian ada 11 kasus kematian SIDS dan satu diantaranya hampir mati setelah 24 jam pasca injeksi DPT.Selain itu 2/3 korban adalah mereka yang baru di vaksinasi dari 1,5 hari sampai 3 minggu sebelumnya.

Realita tersebut tentu dapat menjadi cambuk bagi kita untuk tidak mengambil jalan yang sama terhadap anak-anak kita nantinya. Dan menghindarkan mereka sejauh-jauhnya, disamping membongkar siasat busuk dibalik propaganda tersebut. Walaupun para pemimpin kita ikut memaksakan suksesnya program vaksinasi tersebut.

Biarpun kita dipaksa untuk melakukannya, sebagaimana di Inggris pada tahun 1867. Pada saat itu orang-orang yang menolak untuk divaksin akan dijerat dengan hukum. Dan 4 tahun setelah itu, 97,5% masyarakat usia 2-50 tahun telah divaksinasi. Setahun kemudian Inggris pun merasakan epidek cacar terburuk dalam sejarahnya dengan 44.840 kematian. Kemudian antara tahun 1871-1880 kasus cacar semakin naik dari 28 menjadi 46 per 100.000 orang.

Melihat sejarah kelam vaksinasi, seharusnya ini menjadi pelajaran dan perhatian yang serius dari semua pihak yang telah menyadari akan bahaya hal tersebut. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Menteri Kesehatan Amerika, Tommy G. Thompson pada Desember 2002. Beliau telah merekomendasikan untuk tidak memberikan vaksinasi. Karena sejak dilaksanakannya vaksinasi massal pada jutaan bayi, banyak laporan serius tentang berbagai gangguan serius pada otak, jantung, metabolisme, dan lain sebagainya.

Vaksinasi ini bagaikan bom waktu yang sengaja dipasang untuk menghancurkan tubuh kita pada suatu saat yang telah ditentukan dan tidak jarang mengakibatkan penyakit permanen. Dan pada kenyatannya vaksin hepatitis B, BCG (Bacillus Calmette-Guerin), DPT (Difteri Tetanus Pertusis), MMR, Varicela (Cacar Air), Polio, dan campak telah terbukti mengakibatkan anak-anak di Amerika mengalami kelainan syaraf, anak-anak cacat, diabetes, autis, autoimun, dan penyakit-penyakit permanen lainnya.

Kita perlu menyadari bahwa program vaksinasi yang selama ini direkomendasikan oleh WHO di semua negara, khususnya negeri-negeri muslim. Adalah sebuah bentuk penjajahan yang dilakukan oleh zionis untuk merusak perkembangan generasi penerus di negeri-negeri tersebut. Dengan tujuan untuk dapat menguasai seluruh dunia dalam propaganda “New World Order” yang menjadi program mereka sampai saat ini.

Kita bahkan tidak akan pernah menyangka bahwa bahan yang digunakan oleh mereka untuk dijadikan vaksin, kebanyakan berasal dari bahan-bahan yang diharamkan oleh Allah SWT. Dan lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya.

Selama ini kita selalu beranggapan bahwa jika vaksin yang berupa bibit virus yang telah ‘dimatikan’ atau telah ‘dilemahkan’ sedemikian rupa. Maka tubuh kita akan menghasilkan antibodi sehingga kita anti terhadap penyakit tersebut. Padahal virus yang disuntikkan ke tubuh kita adalah bibit-bibit penyakit yang diambil dari cairan darah seseorang yang terkena penyakit AIDS/HIV, Hepatitis B, Herpes, dan lain-lain.Orang-orang yang suka melakukan free sex, pecandu alkohol, narkotika, dan perbuatan-perbuatan keji yang melanggar hukum Allah.

Kemudian bibit penyakit tersebut dikembangbiakkan melalui ginjal kera, lambung babi, ginjal anjing, sapi anthrax, dan kadang juga menggunakan sel line diploidjanin manusia yang telah digugurkan melalui aborsi, ditambah dengan cairan merkuri/timerasol/air raksa atau logam berat sebagai bahan pengawetnya. Inilah bahan-bahan yang dibuat untuk vaksin polio, MMR, rabies, cacar air, dan lain sebagainya.

Apakah anda yakin bahwa bibit penyakit bisa membawa kesehatan dan menciptakan kekebalan dalam tubuh? Bukankah Allah tidak pernah menciptakan obat suatu penyakit dari sesuatu yang diharamkan-Nya sendiri. Dan Allah telah mengharamkan bagi kita sebagai manusia yang beriman untuk berobat dengan sesuatu yang haram. Apalagi menjadikan hal tersebut sebagai alternatif satu-satunya untuk mendapatkan kesehatan.


-Imunisasi Islami

Islam adalah agama yang sangat kompleks dalam mengatur kehidupan. Tidak ada satu pun hal yang tidak luput dari pandangan Islam dalam suatu hal apa pun. Begitu juga dengan masalah imunisasi atau pembentukan ketahanan tubuh dari segala jenis penyakit.Walaupun banyak masyarakat masih asing dengan istilah imunisasi secara Islami atau yang disebut juga dengan tahnik.

Dalam sebuah hadits yang telah dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam kitab shahihnya. Yang bersumber dari Asma’ binti Abu Bakar r.a. bahwa ketika dirinya mengandung Abdullah ibn Zubair di Mekkah beliau mengatakan, “Saya keluar dan aku sempurna hamilku 9 bulan, lalu aku datang ke Madinah. Aku turun di Quba’ dan aku melahirkan disana, lalu aku pun mendatangi Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam, maka beliau Shalallahu alaihi wassalam meletakkan Abdullah ibn Zubair dikamarnya.Lalu beliau Shalallahu alaihi wassalam meminta kurma, lalu mengunyahnya, kemudian beliau Shalallahu alaihi wassalam memasukan kurma yang sudah lumat itu ke dalam mulut Abdullah ibn Zubair.Dan itu adalah makanan yang masuk pertama kali ke mulutnya melalui Rasulullah Shallahu alaihi wassalam, kemudian beliau men-tahnik-nya, lalu beliau pun mendo’akannya dan mendo’akan keberkahan kepadanya.”

Dalam riwayat lain, Abu Musa Al-Asy’ariy pernah mengatakan: “Anakku lahir, lalu aku membawa dan mendatangi Rasulullah Shalallahu alaihi wasalam, lalu Nabi Shalallahu alaihi wasallam memberinya nama Ibrahim dan kemudian men-tahnik-nya dengan kurma.” Dan dalam riwayat Imam Bukhari ada tambahan: “maka beliau SAW mendo’akan kebaikan dan mendo’akan keberkahan baginya, lalu menyerahkannya kembali kepadaku.” (HR.Bukhari dan Muslim)

Tahnik merupakan sunnah yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dengan tujuan sebagai obat dan juga tindakan preventif yang mempunyai fungsi yang sangat penting untuk menjaga kesehatan bayi dari kekurangan kadar gula dalam darah. Mengingat ketika bayi lahir, kadar gula ditubuhnya sangatlah rendah. Untuk itulah memberikan asupan glukosa sejak dini, dapat menjadi imunisasi yang lebih baik dan syar’i dari pada pemberian vaksin yang telah direkomendasikan oleh WHO sejak dulu.

Secara ilmiah, glukosa yang terkandung di dalam kurma setelah dicampur dengan enzim amilase yang terdapat pada air liur.Dapat menjadi gula asal yang bisa dengan mudah dicerna oleh bayi.Sehingga menjadikan bayi memiliki imunitas yang lebih baik dari pada sebelumnya.

Maka secara medis inilah sebenarnya solusi terbaik dari pada pemberian vaksin apa pun kepada bayi. Juga sebagai bukti tentang kenabian Rasulullah SAW dalam bagian dari kekayaan dan kebenaran Islam.Padahal hal itu tidak pernah diketahui sebelumnya, baik pada zaman beliau hidup ataupun pada zaman-zaman sekarang, kecuali setelah dilakukannya sejumlah penelitian pada abad 20-an ini.Jadi apakah kita masih berminat untuk menyerahkan anak kita untuk injeksi vaksin yang pada faktanya banyak memakan korban jiwa, atau beralih kepada imunisasi yang disunahkan oleh Rasulullah SAW.

Perlu kita ingat bahwa program vaksinasi yang dilakukan oleh para zionis dengan lembaga kesehatannya merupakan konsfirasi untuk menghancurkan pikiran generasi-generasi muslim di seluruh dunia. Untuk menciptakan sebuah bom waktu yang siap meledak setiap saat.Dan hal ini didukung oleh para kapital (pemilik modal) dan hanya menguntungkan perusahaan-perusahaan farmasi mereka. Sehingga penderitaan rakyat pun semakin bertambah seiring berjalannya waktu.

Untuk itulah kita perlu melawan konsfirasi tersebut, jangan biarkan generasi kita terjajah secara fisik oleh siasat busuk zionis dengan alasan imunisasi. Karena kita sadar bahwa mereka tidak akan pernah senang sebelum melihat umat Islam menderita dalam konfirasi-konsfirasi tersebut.


Buka juga :

Post a Comment

0 Comments