Apakah Perhitungan Gerhana NASA, Benar atau Salah ?


Perhitungan Gerhana NASA

Di sekolah kita diajarkan bahwa gerhana bulan terjadi karena bulan masuk ke bayangan bumi yang berbentuk bola, dan ini suatu hal yang tidak mungkin terjadi jika bumi datar. NASA bisa memprediksikan gerhana bulan sampai dengan jam dan menit nya. Kita sebagai orang awam akan berpikir bahwa NASA telah menghitung jarak bulan dan bumi, sehingga dari hitungan itulah terjadinya gerhana bisa terprediksi secara tepat. Pertanyaannya apakah benar seperti itu? Yuk coba dibuktikan.

Pertama mari kita cek website nya NASA, dan kita cari tahu bagaimana perhitungan gerhana NASA.

http://eclipse.gsfc.nasa.gov/SEsaros/SEsaros.html



Dalam website itu NASA mengatakan dapat menghitung gerhana dengan menggunakan SIKLUS SAROS (saros cycle). Siklus saros adalah metode perhitungan yang dibuat oleh kaum Babylonia kuno (iraq) ribuan tahun yang lalu.

https://en.wikipedia.org/wiki/Saros_(astronomy)



Mereka menganalisa bahwa gerhana adalah fenomena rutin sama seperti terjadinya siang dan malam. Mereka menghitung gerhana dari waktu ke waktu sehingga dibuatlah siklus saros itu. Menurut hitungannya, gerhana bulan dan gerhana matahari terjadi setiap 18 tahun 11 hari 8 jam, dan ini adalah fakta. Mereka menggunakan dasar teori geosentrik untuk bisa menghasilkan hitungan akurat itu.

Berdasarkan siklus saros NASA bisa menghitung gerhana dari tahun 1901-2045.

http://eclipse.gsfc.nasa.gov/SEsaros/SEperiodicity.html#section104



Dari sini NASA membuat ilustrasi terjadinya gerhana, yang seolah-olah prediksi tersebut di buat berdasarkan perhitungan pergerakan bumi dan bulan mengelilingi matahari (heliosentris). Padahal mereka menggunakan siklus saros yang tak ada hubungannya dengan bentuk bumi. Jadi kalo toh buminya kotak, bulat, trapesium atau segitiga, ya tetap saja kalendernya (siklus saros) tidak berubah.

Pertanyaannya, kenapa NASA tidak membuat perhitungan matematis dengan teori heliosentrik?

Nasa mengatakan jarak bulan dan bumi 240,000 ml atau 384,400 Km dan hitungan itu di dapat oleh Aristarchus of Samos (310-210) 2300 tahun yang lalu, dimana ia menghitung itu semua dengan rumus trigonometri pada saat terjadi gerhana bulan dengan asumsi bulan masuk bayang bayang bumi berbentuk bola.



Asumsi Aristarchus, bulan masuk bayang bayang bumi berbentuk bola, hasilnya:
  1. Jarak bulan 384,400 km.
  2. Diameter bulan 3,474 km (1/3.7 bumi).
  3. Jarak matahari 149.6 Juta km (400x jarak bulan dengan bumi).
  4. Diamater matahari 1,35 jt km (400x bulan) padahal ketika terjadi gerhana matahari total, besar matahari dan bulan hampir sama. Makanya dibuat asumsi jarak matahari 400x lebih jauh (dipaksakan biar sama).
Apa ini fakta? Jawabannya, semua hitungan itu SALAH. Sehebat apapun anda berhitung, angka-angka itu tidak akan bisa membuktikan terjadinya gerhana sesuai dengan siklus saros, dikarenakan semua angka itu hanya asumsi dan salah semua. Maka dari itu NASA masih menggunakan siklus saros sebagai acuan.

Observasi alam secara langsung menunjukan hal sebaliknya, bahwa matahari tidak sebesar dan tidak sejauh yang di asumsikan oleh NASA, coba perhatikan gambar ini!



Matahari tidak begitu besar, bisa dilihat pantulan bayangannya di awan itu, pantulan itu tidak akan terjadi kalo matahari sejauh dan sebesar yang NASA katakan.

Selanjutnya perhatikan 2 gambar ini!





Dipermukaan bumi kita bisa melihat cahaya matahari menembus dan melebar dari balik awan, hal itu tidak akan terjadi kalo mataharinya jauh dan buminya lengkung.



Mereka beralasan hal itu disebabkan oleh atmosfir, padahal jika buminya lengkung dan atmosfirnya cembung, cahayanya akan mengerucut, bukan melebar.

Kita bisa mencoba fenomena ini dengan membuat karton yang di lubangi (seolah pola awan), lalu disinari dengan lampu. Akan terlihat cahaya melebar jika sumber cahaya dekat, dan akan tidak melebar jika sumber cahayanya jauh.



Ini membuktikan kalo matahari dekat dan bersifat Lokal (hanya mengitari bumi).

Dari situ rumus trigonometri bisa di implementasikan lebih nyata dengan mengukur derajat kemiringan matahari yang bisa diukur dengan bayangan benda di bumi, di butuhkan setidaknya 3 lokasi berbeda. Alat yang digunakan adalah triangulation yang biasa digunakan untuk mengukur ketinggian gedung atau gunung.



Hasilnya :
1. Jarak matahari 2.584ml atau 4,159km. Sumber
2. Diameter matahari 32ml atau 51,5km.
3. Bulan dan matahari hampir sama diameternya.

Jadi jarak bulan dan matahari bisa diukur tanpa perlu menunggu gerhana.



Bulan punya sinar sendiri yang sifatnya berbeda dengan matahari. Kalo sinar matahari panas, sinar bulan justru dingin. Makanya efek sinar bulan berbeda terhadap hewan jika di bandingkan dengan efek sinar matahari. Matahari dan bulan adalah simbol keseimbangan alam, yin dan yang.



Jika tidak percaya, ukurlah suhu sinar bulan dengan menggunakan termometer. Hitunglah bidang yang terkena sinar bulan dengan yang tidak terkena sinar bulan. Hasilnya yang terkena sinar bulan akan lebih dingin di bandingkan yang tidak terkena sinar. Ini berarti bulan mengeluarkan sinar sendiri, bukan memantulkan sinar matahari yang panas.

Bentuk bulan bukan bola, tapi seperti disk transparan, makanya dulu ada simbol bulan dan bintang, dimana seolah bintang terlihat menembus bulan.





Kesimpulan :
1.Presepsi NASA bahwa bumi dan bulan mengelilingi matahari adalah salah, karena NASA menggunakan siklus saros yang tak ada hubungannya dengan bentuk bumi.
2.NASA membuat propaganda bumi heliosentis dengan perhitungan angka yang salah alias tidak bisa dihitung.


Buka juga :

Post a Comment

0 Comments