The Eye of Providence, Simbol Mata Satu dalam Segitiga Illuminati

The Eye of Providence, Simbol Mata Satu dalam Segitiga Illuminati

The Eye of Providence pada 1 Dolar AS 

Kehebohan di jagat internet telah merembet sampai level pejabat pemerintah. Gara-garanya, ada kegaduhan di media sosial tentang simbol mata satu dalam segitiga. Simbol itu secara imajinatif ditafsirkan tercermin pada arsitektur Masjid Al-Safar karya Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Kehebohan itu telah mereda. Namun apa sebenarnya simbol mata satu dalam segitiga yang sempat bikin heboh itu? Simbol itu umum disebut The Eye of Providence atau Sang Mata Pemeliharaan, tapi dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai Mata Ilahi.

Simbol The Eye of Providence terdapat di Lambang Negara Amerika Serikat dan uang 1 dolar Amerika Serikat (AS). Bentuknya adalah gambaran mata kiri dalam segitiga yang memancarkan cahaya. Mata itu bersinar di atas piramida berpuncak tak sempurna dengan 13 tingkat.

Lambang negara AS atau juga disebut sebagai 'Segel Agung AS' terdiri dari dua sisi, yakni bagian muka dan bagian belakang. Simbol The Eye of Providence di atas piramida tak sempurna terdapat pada sisi belakang lambang negara.

Ada angka Romawi di tingkat terbawah piramid, yakni MDCCLXXVI atau tahun kemerdekaan AS pada 1776. Simbol mata satu dan piramida dilengkapi moto bahasa Latin 'Annuit Coeptis' dan 'Novus Ordo Seclorum'. Apa maksud semua itu?

The Eye of Providence pada 1 dolar AS.

Dilansir detikcom dari edaran Departemen Luar Negeri AS, diakses pada Rabu (12/6/2019), piramida adalah perlambang kekuatan dan ketahanan. Annuit Coeptis artinya '(Dia) Yang Menyetujui Usaha Kita'. Siapa yang menyetujui? Sang Maha Pemelihara yang disimbolkan dalam mata satu. Dokumen Departemen Luar Negeri AS itu menulis 'Yang Menyetujui Usaha Kita' sebagai 'Dia' dalam tanda kurung dimaknai sebagai Tuhan. Moto Novus Ordo Seclorum artinya 'Tatanan Zaman Baru', maksudnya adalah era baru sesudah kemerdekaan 1776.

Desain The Eye of Providence di Segel Agung AS muncul berkat jasa Pierre Eugene du Simitiere pada 1776. Pierre adalah seorang seniman yang berpengalaman merancang lambang. Desain itu terus berubah namun simbol The Eye Providence tetap selalu bertahan. Pengukir dari Philadelphia bernama James Trenchard menciptakan simbol 'piramida dan The Eye of Providence' hampir mirip seperti yang ada saat ini, tapi gambar mata yang digunakannya adalah mata kanan. Desain itu diperuntukkan bagi Columbian Magazine edisi Oktober 1789. Desain itu berubah saat Benson J Lossing menggunakannya untuk Harper's New Monthly Magazine edisi Juli 1856. Gambar mata kanan berubah menjadi mata kiri.

Desain itulah yang kemudian juga dipakai di uang 1 dolar AS. Pada 1935. Presiden Franklin D Roosevelt menerima desain itu dengan beberapa perubahan di bagian lain.

Simbol Religius

The Eye of Providence memantik teori konspirasi. Simbol itu dikaitkan dengan Illuminati, organisasi rahasia yang menurut teori konspirasi bertanggung jawab atas kekacauan dunia. Sebenarnya simbol mata satu semacam itu telah ada sejak era Mesir Kuno, yakni simbol Dewa Horus. Simbol Mata Horus menjadi jimat, disebut Wadjet, melawan mata jahat (evil eye). Dilansir BBC, masyarakat Mesir kuno percaya orang sukses akan mengundang iri hati orang di sekitar. Mata jahat adalah simbol mata orang yang iri hati, mata yang mengutuk.

Lukisan upper of Emmaus karya Jacopo Carucci, Tahun 1525.


Namun simbol mata satu dalam segitiga sebagaimana tercantum dalam Dolar lebih dekat kepada simbol Kristiani. Dilansir dari tulisan 'Apa makna sebenarnya dari mata yang muncul di teori konspirasi?' dalam Business Insider, simbol itu tampil dalam lukisan Supper of Emmaus karya Jacopo Carucci (Pontormo) tahun 1525. Segitiga melambangkan konsep Trinitas: Bapa, Putra, Roh Kudus. Cahaya yang memancar adalah cahaya ketuhanan.

Soal simbol mata, ini ada kaitannya dengan Mazmur (Perjanjian Lama) 33:18, bunyinya, "Sesungguhnya, mata Tuhan tertuju kepada mereka yang takut akan Dia". Mata itu sendiri melambangkan 'Mata Yang Maha Melihat' atau 'All-Seeing Eye', yakni Allah (Bapa).

Situs Catholic Saints memberi penjelasan simbolisme itu digunakan pada zaman dahulu saat mayoritas masyarakat tak bisa membaca dan menulis. Simbol 'dipinjam' dari tradisi yang sudah ada pada era sebelum tradisi Kristiani tersebar.
The Eye of Providence versi Kristiani

Illuminati dan The Eye of Providence

Bagaimana dengan Freemason, organisasi rahasia yang juga lekat dengan simbol The Eye of Providence? Freemason adalah organisasi rahasia yang lebih dulu ada ketimbang Illuminati. Freemason menggunakan simbol The Eye of Providence justru setelah simbol itu dirancang sebagai lambang Negara AS. Sebagaimana diberitakan The Telegraph, simbol itu digunakan Freemason mulai 1797.

Desain mata itu dimaksudkan supaya anggota Freemason senantiasa merasa diawasi agar tidak membocorkan rahasia organisasinya.

Benjamin Franklin adalah salah satu Bapak Pendiri AS yang dipastikan sebagai anggota Freemason. Namun desain dari Franklin dan kawan-kawan tidak sampai ke meja Kongres, tidak seperti desain Du Simitiere pada 1776 yang sampai ke Kongres meski saat itu kurang mendapat persetujuan.

The Eye of Providence juga kemudian digunakan oleh Illuminati, organisasi rahasia bentukan Adam Weishaupt di Ingolstadt, Bavaria (sekarang termasuk wilayah Jerman). Dilansir National Geographic, Weishaupt adalah keturunan Yahudi yang telah memeluk Kristiani. Pertemuan Illuminati pertama dilangsungkan pada 1 Mei 1776.

Simbol The Eye of Providence juga digunakan Illuminati dengan penggambaran di atas piramida bertingkat 13, sama seperti desain lambang Negara AS yang lebih dulu ada. Illuminati punya 13 tingkatan, terdiri dari Kelas Pertama: initiate, novice, minerval, iluminatus minor. Dilanjut Kelas Kedua: apprentice, fellow, master, illuminatus major, illuminatus dirigens. Yang tertinggi adalah Kelas Ketiga: priest, prince, magus, dan paling tinggi adalah king.

Kenapa teori konspirasi Illuminati menarik banyak orang?

Filsuf dari Inggris, Julian Bagini, menulis di The Guardian, jika benar Illuminati itu ada, itu akan menjadi organisasi rahasia yang paling tidak rahasia di dunia. Soalnya, informasinya sudah banyak tersedia lewat Google.

The Eye of Providence di Katedral Aachen 

Teori konspirasi tentang Illuminati selalu mengandaikan adanya kelompok elite rahasia yang berkuasa, beroperasi demi kepentingan sendiri. Bagini menilai wajar saja bila orang percaya dengan teori konspirasi semacam itu. Soalnya, sifat dasar manusia memang selalu mencari pola dasar dari setiap kejadian. Manusia juga sering meyakini bahwa setiap kejadian pastilah didasari maksud tertentu dan ada polanya, meski pada kenyataannya tidak selalu demikian.

Teori konspirasi hanyalah upaya alamiah manusia untuk menemukan pola dari realitas yang acak-acakan. Upaya pencarian pola ini sebenarnya sah-sah saja meski belum tentu benar, namanya juga usaha.

"Dunia ini membingungkan dan rumit. Hampir semua dari kita mencoba untuk merapikan semua itu, itulah mengapa ada banyak disiplin seperti ilmu sosial, ekonomika, dan hubungan internasional. Semua membutuhkan waktu, inteligensi, atau pendidikan yang kebanyakan dari kita kurang mendapatkannya. Tak heran jika kita sering mengambil jalan pintas, cara kotor untuk membuat dunia bisa dipahami," tulis Bagini.

Namun bila kecenderungan alamiah ini menjadi berlebihan, masyarakat akan melihatnya sebagai gangguan pareidolia, yakni kecenderungan akut mengidentifikasi objek apa pun dengan objek lain yang lebih berkesan. Misalnya menemukan pola wujud Semar pada wedus gembel, menemukan pola gambaran ibu memangku bayi di rembulan, atau membayangkan pola segitiga Illuminati pada celana dalam.

Di Amerika Serikat, 28% masyarakatnya percaya ada elite berkuasa rahasia dengan agenda global tengah berkonspirasi menciptakan Tatanan Dunia Baru yang otoriter (New World Order). Ini dipotret oleh survei Public Policy Polling, lembaga yang dekat dengan kaum Demokrat, pada 2013.


Buka juga :

Post a Comment

0 Comments