Kerajaan Kamboja atau Kamboja adalah sebuah negara berbentuk monarki konstitusional di Asia Tenggara. Negara ini merupakan penerus Kekaisaran Khmer yang pernah menguasai seluruh Semenanjung Indochina antara abad ke-11 dan 14. Nama resmi negara ini dalam bahasa Indonesia adalah Kerajaan Kamboja (Bahasa Inggris: Kingdom of Cambodia), merupakan hasil terjemahan dari bahasa Khmer Preăh Réachéanachâk Kâmpŭchéa. Sering disingkat menjadi Kampuchea (Bahasa Khmer: កម្ពុជា). Kata Kampuchea berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu Kambuja.
Kamboja (Bahasa Khmer: ព្រះរាជាណាចក្រកម្ពុជា. Dibaca: Kampuchea). Secara resmi bernama Kerajaan Kamboja, adalah sebuah negara di Asia Tenggara. Luas totalnya adalah 181.035 km2. Berbatasan dengan Thailand di sebelah barat, Laos di sebelah utara, Vietnam di sebelah timur, dan Teluk Thailand di selatan. Sungai Mekong dan Danau Tonle Sap melintasi negara ini. Negara ini merupakan penerus Kekaisaran Khmer yang pernah menguasai seluruh Indochina antara abad ke-11 dan 14.
Negara Kamboja (Bahasa Khmer : រដ្ឋ កម្ពុជា) adalah nama resmi dari Kamboja 1989 sampai 1993 .Nama Kamboja ini tidak diakui secara internasional. Ibu kota Kamboja yaitu Phnom Penh, Bahasa Nasional kamboja yaitu Bahasa Khmer, Negara Kamboja berasal dari Republik Rakyat Kamboja , yang didirikan pada tahun 1979 setelah negara yang didirikan oleh Pol Pot dan Khmer Merah nya yang dinamakan Republik Demokratik Kampuchea dikalahkan. Republik Rakyat Kampuchea, bagaimanapun tetap berdiri dengan hanya pengakuan beberapa negara, seperti Vietnam dan Uni Soviet . Dalam PBB Kamboja (atau Kampuchea) tetap diwakili oleh rezim Demokratik Kamboja. Untuk mengandalkan masyarakat internasional lebih simpatik di Republik Rakyat Kamboja pada tahun 1989 negara ini berganti nama menjadi Negara Kamboja dan pada 1991) struktur pemerintahan komunis negara dihapuskan. Pada 15 Maret 1992 negara ini berakhir ketika pemerintah Kamboja diambil alih oleh Pemerintahan Transisi PBB di Kamboja.
Berdasarkan konstitusi 1993, Kamboja adalah negara kerajaan yang menganut sistem demokrasi liberal, pluralisme dan ekonomi pasar. Raja Kamboja menjabat Kepala Negara menjabat sebagai Kepala Negara, tetapi tidak memerintah. Pemerintahan dipimpin oleh Perdana Menteri dengan dibantu oleh para menteri yang tergabung dalam Dewan Menteri ( Council of Minister ). Kepala Negara Norodom Sihamoni naik tahta pada tanggal 29 oktober 2004.
Jumlah populasi Kamboja lebih dari 14,8 juta jiwa. Agama resmi di Kamboja adalah Buddha dengan pemeluk sekitar 95% dari total penduduk Kamboja. Ibukota dan kota terbesar Kamboja adalah Phnom Penh. Bentuk negara Kamboja adalah monarki konstitusional demokratik.
Kamboja berbatasan dengan Thailand di sebelah barat, Laos di utara, Vietnam di timur, dan Teluk Thailand di selatan. Sungai Mekong dan Danau Tonle Sap melintasi negara ini.
Bentuk pemerintahan negara Kamboja adalah kerajaan. Negara dipimpin oleh raja, sedangkan kepala pemerintahannya adalah perdana menteri. Kamboja memiliki lima pemerintahan lokal dengan ibu kota Phnom Penh. Kamboja merupakan wilayah protektorat Perancis sejak tahun 1863, dan pada tahun 1951 pemerintah Perancis mengangkat Sihanouk sebagai raja, yang menjadikan negara ini berbentuk kerajaan konstitusional dengan nama resmi Kerajaan Kamboja.
Pada tanggal 9 November 1953, Perancis memberikan kemerdekaan untuk Kamboja dan pada saat itu Sihanouk menyatakan bahwa Kamboja merupakan negara netral yang tidak terlibat dalam perang Vietnam. Dalam periode 1970-1993, Kamboja memasuki masa perang saudara yang menghancurkan infrastruktur fisik dan kemampuan sumber daya manusia, sewaktu Pangeran Sihanouk pergi ke luar negeri, keponakannya Pangeran Sisowath Sirik Matak bersama Lon Nol melakukan kudeta. Semenjak itu kemelut semakin besar di negara Kamboja pada masa ini juga ditandai dengan berkuasanya rezim Khmer Merah.
Kamboja dijadikan daerah Protektorat oleh Perancis dari tahun 1863 sampai dengan 1953, sebagai daerah dari Koloni Indochina. Setelah penjajahan Jepang pada 1940-an, akhirnya Kamboja meraih kemerdekaannya dari Perancis pada 9 November 1953. Kamboja menjadi sebuah kerajaan konstitusional di bawah kepemimpinan Raja Norodom Sihanouk.
Pada saat Perang Vietnam tahun 1960-an, Kerajaan Kamboja memilih untuk netral. Hal ini tidak dibiarkan oleh petinggi militer, yaitu Jenderal Lon Nol dan Pangeran Sirik Matak yang merupakan aliansi pro-AS untuk menyingkirkan Norodom Sihanouk dari kekuasaannya. Dari Beijing, Norodom Sihanouk memutuskan untuk beraliansi dengan gerombolan Khmer Merah, yang bertujuan untuk menguasai kembali tahtanya yang direbut oleh Lon Nol. Hal inilah yang memicu perang saudara timbul di Kamboja.
Khmer Merah akhirnya menguasai daerah ini pada tahun 1975, dan mengubah format Kerajaan menjadi sebuah Republik Demokratik Kamboja yang dipimpin oleh Pol Pot. Mereka dengan segera memindahkan masyarakat perkotaan ke wilayah pedesaan untuk dipekerjakan di pertanian kolektif. Pemerintah yang baru ini menginginkan hasil pertanian yang sama dengan yang terjadi pada abad 11. Mereka menolak pengobatan Barat yang berakibat rakyat Kamboja kelaparan dan tidak ada obat sama sekali di Kamboja.
Pada November 1978, Vietnam menyerbu RD Kamboja untuk menghentikan genosida besar-besaran yang terjadi di Kamboja. Akhirnya, pada tahun 1989, perdamaian mulai digencarkan antara kedua pihak yang bertikai ini di Paris. PBB memberi mandat untuk mengadakan gencatan senjata antara pihak Norodom Sihanouk dan Lon Nol.
Sekarang, Kamboja mulai berkembang berkat bantuan dari banyak pihak asing setelah perang, walaupun kestabilan negara ini kembali tergoncang setelah sebuah kudeta yang gagal terjadi pada tahun 1997
Berdasarkan konstitusi 1993, Kamboja adalah negara kerajaan yang menganut sistem demokrasi liberal, pluralisme dan ekonomi pasar. Raja Kamboja menjabat Kepala Negara menjabat sebagai Kepala Negara, tetapi tidak memerintah. Pemerintahan dipimpin oleh Perdana Menteri dengan dibantu oleh para menteri yang tergabung dalam Dewan Menteri ( Council of Minister ). Kepala Negara Norodom Sihamoni naik tahta pada tanggal 29 oktober 2004.
Bahasa resmi penduduk Kamboja adalah bahasa Khmer. Bahasa lain yang digunakan adalah bahasa Prancis, sebagian besar penduduk beragama Buddha. Jumlah penduduk negara ini 11.168.000 jiwa. Sebagian besar penghidupan penduduknya di sektor pertanian. Hasil pertanian di Kamboja adalah beras, jagung, merica, tembakau, kapas, gula aren, dan lain sebagainya. Sedangkan hasil tambangnya adalah besi, tembaga, mangan, dan emas. Hasil industri Kamboja adalah tekstil, kertas, plywood, dan minyak.
Kerajaan Kamboja dibagi menjadi 20 provinsi (khett) dan 4 kota praja (krong). Daerah Kamboja kemudian dibagi menjadi distrik (srok), komunion (khum), distrik besar (khett), dan kepulauan(koh). Kamboja mempunyai area seluas 181.035 kilometer per segi.
Meskipun tergabung dalam satu perhimpunan negara-negara kawasan Asia Tenggara, letak geografis Kamboja yang berbatasan darat dengan Thailand, membuat kedua negara seringkali terlibat konflik yang memperebutkan batas wilayah kedua negara.
Dalam hubungan dua negara antara Indonesia dan Kamboja, Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam upaya penyelesaian masalah perang saudara secara damai di Kamboja.
Pada tanggal 27 Juli 1987, telah dicapai Ho Chi Minh City Understanding, Jakarta Informal Meeting (JIM) I pada tahun 1988, JIM II pada 1989, dan Paris Conference on Cambodia pada 1989, yang semuanya menunjukkan peran aktif dan keterlibatan Indonesia dalam upayanya membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi di Kamboja.
Berdasarkan konstitusi 1993, Kamboja adalah negara kerajaan yang menganut sistem demokrasi liberal, pluralisme dan ekonomi pasar. Raja Kamboja menjabat Kepala Negara, tetapi tidak memberikan perintah.
Pemerintahan dipimpin oleh Perdana Menteri dan dibantu oleh para menteri yang tergabung dalam Dewan Menteri.
Negara yang memiliki kuil indah bernama Angkor Wat ini bergabung dalam ASEAN pada tanggal 16 Desember 1998, setelah situasi politik di negara tersebut lebih terkendali.
Kamboja merupakan salah satu negara yang memiliki komoditas utama seperti pakaian, kayu, karet, beras, ikan, tembakau dan alas kaki.
Menjelang kemerdekaannya, Negara Kesatuan Republik Indonesia banyak membantu negara Kamboja ini. Buku - buku taktik perang karangan perwira militer Indonesia banyak digunakan oleh militer Kamboja. Oleh karenanya, para calon perwira di militer Kamboja, wajib belajar dan dapat berbahasa Indonesia.
Kamboja (Bahasa Khmer: ព្រះរាជាណាចក្រកម្ពុជា. Dibaca: Kampuchea). Secara resmi bernama Kerajaan Kamboja, adalah sebuah negara di Asia Tenggara. Luas totalnya adalah 181.035 km2. Berbatasan dengan Thailand di sebelah barat, Laos di sebelah utara, Vietnam di sebelah timur, dan Teluk Thailand di selatan. Sungai Mekong dan Danau Tonle Sap melintasi negara ini. Negara ini merupakan penerus Kekaisaran Khmer yang pernah menguasai seluruh Indochina antara abad ke-11 dan 14.
Negara Kamboja (Bahasa Khmer : រដ្ឋ កម្ពុជា) adalah nama resmi dari Kamboja 1989 sampai 1993 .Nama Kamboja ini tidak diakui secara internasional. Ibu kota Kamboja yaitu Phnom Penh, Bahasa Nasional kamboja yaitu Bahasa Khmer, Negara Kamboja berasal dari Republik Rakyat Kamboja , yang didirikan pada tahun 1979 setelah negara yang didirikan oleh Pol Pot dan Khmer Merah nya yang dinamakan Republik Demokratik Kampuchea dikalahkan. Republik Rakyat Kampuchea, bagaimanapun tetap berdiri dengan hanya pengakuan beberapa negara, seperti Vietnam dan Uni Soviet . Dalam PBB Kamboja (atau Kampuchea) tetap diwakili oleh rezim Demokratik Kamboja. Untuk mengandalkan masyarakat internasional lebih simpatik di Republik Rakyat Kamboja pada tahun 1989 negara ini berganti nama menjadi Negara Kamboja dan pada 1991) struktur pemerintahan komunis negara dihapuskan. Pada 15 Maret 1992 negara ini berakhir ketika pemerintah Kamboja diambil alih oleh Pemerintahan Transisi PBB di Kamboja.
Berdasarkan konstitusi 1993, Kamboja adalah negara kerajaan yang menganut sistem demokrasi liberal, pluralisme dan ekonomi pasar. Raja Kamboja menjabat Kepala Negara menjabat sebagai Kepala Negara, tetapi tidak memerintah. Pemerintahan dipimpin oleh Perdana Menteri dengan dibantu oleh para menteri yang tergabung dalam Dewan Menteri ( Council of Minister ). Kepala Negara Norodom Sihamoni naik tahta pada tanggal 29 oktober 2004.
Jumlah populasi Kamboja lebih dari 14,8 juta jiwa. Agama resmi di Kamboja adalah Buddha dengan pemeluk sekitar 95% dari total penduduk Kamboja. Ibukota dan kota terbesar Kamboja adalah Phnom Penh. Bentuk negara Kamboja adalah monarki konstitusional demokratik.
Kamboja berbatasan dengan Thailand di sebelah barat, Laos di utara, Vietnam di timur, dan Teluk Thailand di selatan. Sungai Mekong dan Danau Tonle Sap melintasi negara ini.
Bentuk pemerintahan negara Kamboja adalah kerajaan. Negara dipimpin oleh raja, sedangkan kepala pemerintahannya adalah perdana menteri. Kamboja memiliki lima pemerintahan lokal dengan ibu kota Phnom Penh. Kamboja merupakan wilayah protektorat Perancis sejak tahun 1863, dan pada tahun 1951 pemerintah Perancis mengangkat Sihanouk sebagai raja, yang menjadikan negara ini berbentuk kerajaan konstitusional dengan nama resmi Kerajaan Kamboja.
Pada tanggal 9 November 1953, Perancis memberikan kemerdekaan untuk Kamboja dan pada saat itu Sihanouk menyatakan bahwa Kamboja merupakan negara netral yang tidak terlibat dalam perang Vietnam. Dalam periode 1970-1993, Kamboja memasuki masa perang saudara yang menghancurkan infrastruktur fisik dan kemampuan sumber daya manusia, sewaktu Pangeran Sihanouk pergi ke luar negeri, keponakannya Pangeran Sisowath Sirik Matak bersama Lon Nol melakukan kudeta. Semenjak itu kemelut semakin besar di negara Kamboja pada masa ini juga ditandai dengan berkuasanya rezim Khmer Merah.
Kamboja dijadikan daerah Protektorat oleh Perancis dari tahun 1863 sampai dengan 1953, sebagai daerah dari Koloni Indochina. Setelah penjajahan Jepang pada 1940-an, akhirnya Kamboja meraih kemerdekaannya dari Perancis pada 9 November 1953. Kamboja menjadi sebuah kerajaan konstitusional di bawah kepemimpinan Raja Norodom Sihanouk.
Pada saat Perang Vietnam tahun 1960-an, Kerajaan Kamboja memilih untuk netral. Hal ini tidak dibiarkan oleh petinggi militer, yaitu Jenderal Lon Nol dan Pangeran Sirik Matak yang merupakan aliansi pro-AS untuk menyingkirkan Norodom Sihanouk dari kekuasaannya. Dari Beijing, Norodom Sihanouk memutuskan untuk beraliansi dengan gerombolan Khmer Merah, yang bertujuan untuk menguasai kembali tahtanya yang direbut oleh Lon Nol. Hal inilah yang memicu perang saudara timbul di Kamboja.
Khmer Merah akhirnya menguasai daerah ini pada tahun 1975, dan mengubah format Kerajaan menjadi sebuah Republik Demokratik Kamboja yang dipimpin oleh Pol Pot. Mereka dengan segera memindahkan masyarakat perkotaan ke wilayah pedesaan untuk dipekerjakan di pertanian kolektif. Pemerintah yang baru ini menginginkan hasil pertanian yang sama dengan yang terjadi pada abad 11. Mereka menolak pengobatan Barat yang berakibat rakyat Kamboja kelaparan dan tidak ada obat sama sekali di Kamboja.
Pada November 1978, Vietnam menyerbu RD Kamboja untuk menghentikan genosida besar-besaran yang terjadi di Kamboja. Akhirnya, pada tahun 1989, perdamaian mulai digencarkan antara kedua pihak yang bertikai ini di Paris. PBB memberi mandat untuk mengadakan gencatan senjata antara pihak Norodom Sihanouk dan Lon Nol.
Sekarang, Kamboja mulai berkembang berkat bantuan dari banyak pihak asing setelah perang, walaupun kestabilan negara ini kembali tergoncang setelah sebuah kudeta yang gagal terjadi pada tahun 1997
Berdasarkan konstitusi 1993, Kamboja adalah negara kerajaan yang menganut sistem demokrasi liberal, pluralisme dan ekonomi pasar. Raja Kamboja menjabat Kepala Negara menjabat sebagai Kepala Negara, tetapi tidak memerintah. Pemerintahan dipimpin oleh Perdana Menteri dengan dibantu oleh para menteri yang tergabung dalam Dewan Menteri ( Council of Minister ). Kepala Negara Norodom Sihamoni naik tahta pada tanggal 29 oktober 2004.
Bahasa resmi penduduk Kamboja adalah bahasa Khmer. Bahasa lain yang digunakan adalah bahasa Prancis, sebagian besar penduduk beragama Buddha. Jumlah penduduk negara ini 11.168.000 jiwa. Sebagian besar penghidupan penduduknya di sektor pertanian. Hasil pertanian di Kamboja adalah beras, jagung, merica, tembakau, kapas, gula aren, dan lain sebagainya. Sedangkan hasil tambangnya adalah besi, tembaga, mangan, dan emas. Hasil industri Kamboja adalah tekstil, kertas, plywood, dan minyak.
Kerajaan Kamboja dibagi menjadi 20 provinsi (khett) dan 4 kota praja (krong). Daerah Kamboja kemudian dibagi menjadi distrik (srok), komunion (khum), distrik besar (khett), dan kepulauan(koh). Kamboja mempunyai area seluas 181.035 kilometer per segi.
Meskipun tergabung dalam satu perhimpunan negara-negara kawasan Asia Tenggara, letak geografis Kamboja yang berbatasan darat dengan Thailand, membuat kedua negara seringkali terlibat konflik yang memperebutkan batas wilayah kedua negara.
Dalam hubungan dua negara antara Indonesia dan Kamboja, Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam upaya penyelesaian masalah perang saudara secara damai di Kamboja.
Pada tanggal 27 Juli 1987, telah dicapai Ho Chi Minh City Understanding, Jakarta Informal Meeting (JIM) I pada tahun 1988, JIM II pada 1989, dan Paris Conference on Cambodia pada 1989, yang semuanya menunjukkan peran aktif dan keterlibatan Indonesia dalam upayanya membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi di Kamboja.
Berdasarkan konstitusi 1993, Kamboja adalah negara kerajaan yang menganut sistem demokrasi liberal, pluralisme dan ekonomi pasar. Raja Kamboja menjabat Kepala Negara, tetapi tidak memberikan perintah.
Pemerintahan dipimpin oleh Perdana Menteri dan dibantu oleh para menteri yang tergabung dalam Dewan Menteri.
Negara yang memiliki kuil indah bernama Angkor Wat ini bergabung dalam ASEAN pada tanggal 16 Desember 1998, setelah situasi politik di negara tersebut lebih terkendali.
Kamboja merupakan salah satu negara yang memiliki komoditas utama seperti pakaian, kayu, karet, beras, ikan, tembakau dan alas kaki.
Menjelang kemerdekaannya, Negara Kesatuan Republik Indonesia banyak membantu negara Kamboja ini. Buku - buku taktik perang karangan perwira militer Indonesia banyak digunakan oleh militer Kamboja. Oleh karenanya, para calon perwira di militer Kamboja, wajib belajar dan dapat berbahasa Indonesia.
Sejarah
Perkembangan peradaban Kamboja terjadi pada abad 1 Masehi. Selama abad ke-3,4 dan 5 Masehi, negara Funan dan Chenla bersatu untuk membangun daerah Kamboja. Negara-negara ini mempunyai hubungan dekat dengan China dan India. Kekuasaan dua negara ini runtuh ketika Kerajaan Khmer dibangun dan berkuasa pada abad ke-9 sampai abad ke-13.
Kerajaan Khmer masih bertahan hingga abad ke-15. Ibukota Kerajaan Khmer terletak di Angkor, sebuah daerah yang dibangun pada masa kejayaan Khmer. Angkor Wat, yang dibangun juga pada saat itu, menjadi simbol bagi kekuasaan Khmer.
Pada tahun 1432, Khmer dikuasai oleh Kerajaan Thai. Dewan Kerajaan Khmer memindahkan ibukota dari Angkor ke Lovek, di mana Kerajaan mendapat keuntungan besar karena Lovek adalah bandar pelabuhan. Pertahanan Khmer di Lovek akhirnya bisa dikuasai oleh Thai dan Vietnam, dan juga berakibat pada hilangnya sebagian besar daerah Khmer. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1594. Selama 3 abad berikutnya, Khmer dikuasai oleh Raja-raja dari Thai dan Vietnam secara bergilir.
Pada tahun 1863, Raja Norodom, yang dilantik oleh Thai, mencari perlindungan kepada Perancis. Pada tahun 1867, Raja Norodom menandatangani perjanjian dengan pihak Perancis yang isinya memberikan hak kontrol provinsi Battambang dan Siem Reap yang menjadi bagian Thai. Akhirnya, kedua daerah ini diberikan pada Kamboja pada tahun 1906 pada perjanjian perbatasan oleh Perancis dan Thai.
Kamboja dijadikan daerah Protektorat oleh Perancis dari tahun 1863 sampai dengan 1953, sebagai daerah dari Koloni Indochina. Setelah penjajahan Jepang pada 1940-an, akhirnya Kamboja meraih kemerdekaannya dari Perancis pada 9 November 1953. Kamboja menjadi sebuah kerajaan konstitusional di bawah kepemimpinan Raja Norodom Sihanouk.
Pada saat Perang Vietnam tahun 1960-an, Kerajaan Kamboja memilih untuk netral. Hal ini tidak dibiarkan oleh petinggi militer, yaitu Jenderal Lon Nol dan Pangeran Sirik Matak yang merupakan aliansi pro-AS untuk menyingkirkan Norodom Sihanouk dari kekuasaannya. Dari Beijing, Norodom Sihanouk memutuskan untuk beraliansi dengan gerombolan Khmer Merah, yang bertujuan untuk menguasai kembali tahtanya yang direbut oleh Lon Nol. Hal inilah yang memicu perang saudara timbul di Kamboja.
Khmer Merah akhirnya menguasai daerah ini pada tahun 1975, dan mengubah format Kerajaan menjadi sebuah Republik Demokratik Kamboja yang dipimpin oleh Pol Pot. Mereka dengan segera memindahkan masyarakat perkotaan ke wilayah pedesaan untuk dipekerjakan di pertanian kolektif. Pemerintah yang baru ini menginginkan hasil pertanian yang sama dengan yang terjadi pada abad 11. Mereka menolak pengobatan Barat yang berakibat rakyat Kamboja kelaparan dan tidak ada obat sama sekali di Kamboja.
Pada November 1978, Vietnam menyerbu RD Kamboja untuk menghentikan genosida besar-besaran yang terjadi di Kamboja. Akhirnya, pada tahun 1989, perdamaian mulai digencarkan antara kedua pihak yang bertikai ini di Paris. PBB memberi mandat untuk mengadakan gencatan senjata antara pihak Norodom Sihanouk dan Lon Nol.
Sekarang, Kamboja mulai berkembang berkat bantuan dari banyak pihak asing setelah perang, walaupun kestabilan negara ini kembali tergoncang setelah sebuah kudeta yang gagal terjadi pada tahun 1997.
Kerajaan Khmer masih bertahan hingga abad ke-15. Ibukota Kerajaan Khmer terletak di Angkor, sebuah daerah yang dibangun pada masa kejayaan Khmer. Angkor Wat, yang dibangun juga pada saat itu, menjadi simbol bagi kekuasaan Khmer.
Pada tahun 1432, Khmer dikuasai oleh Kerajaan Thai. Dewan Kerajaan Khmer memindahkan ibukota dari Angkor ke Lovek, di mana Kerajaan mendapat keuntungan besar karena Lovek adalah bandar pelabuhan. Pertahanan Khmer di Lovek akhirnya bisa dikuasai oleh Thai dan Vietnam, dan juga berakibat pada hilangnya sebagian besar daerah Khmer. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1594. Selama 3 abad berikutnya, Khmer dikuasai oleh Raja-raja dari Thai dan Vietnam secara bergilir.
Pada tahun 1863, Raja Norodom, yang dilantik oleh Thai, mencari perlindungan kepada Perancis. Pada tahun 1867, Raja Norodom menandatangani perjanjian dengan pihak Perancis yang isinya memberikan hak kontrol provinsi Battambang dan Siem Reap yang menjadi bagian Thai. Akhirnya, kedua daerah ini diberikan pada Kamboja pada tahun 1906 pada perjanjian perbatasan oleh Perancis dan Thai.
Kamboja dijadikan daerah Protektorat oleh Perancis dari tahun 1863 sampai dengan 1953, sebagai daerah dari Koloni Indochina. Setelah penjajahan Jepang pada 1940-an, akhirnya Kamboja meraih kemerdekaannya dari Perancis pada 9 November 1953. Kamboja menjadi sebuah kerajaan konstitusional di bawah kepemimpinan Raja Norodom Sihanouk.
Pada saat Perang Vietnam tahun 1960-an, Kerajaan Kamboja memilih untuk netral. Hal ini tidak dibiarkan oleh petinggi militer, yaitu Jenderal Lon Nol dan Pangeran Sirik Matak yang merupakan aliansi pro-AS untuk menyingkirkan Norodom Sihanouk dari kekuasaannya. Dari Beijing, Norodom Sihanouk memutuskan untuk beraliansi dengan gerombolan Khmer Merah, yang bertujuan untuk menguasai kembali tahtanya yang direbut oleh Lon Nol. Hal inilah yang memicu perang saudara timbul di Kamboja.
Khmer Merah akhirnya menguasai daerah ini pada tahun 1975, dan mengubah format Kerajaan menjadi sebuah Republik Demokratik Kamboja yang dipimpin oleh Pol Pot. Mereka dengan segera memindahkan masyarakat perkotaan ke wilayah pedesaan untuk dipekerjakan di pertanian kolektif. Pemerintah yang baru ini menginginkan hasil pertanian yang sama dengan yang terjadi pada abad 11. Mereka menolak pengobatan Barat yang berakibat rakyat Kamboja kelaparan dan tidak ada obat sama sekali di Kamboja.
Pada November 1978, Vietnam menyerbu RD Kamboja untuk menghentikan genosida besar-besaran yang terjadi di Kamboja. Akhirnya, pada tahun 1989, perdamaian mulai digencarkan antara kedua pihak yang bertikai ini di Paris. PBB memberi mandat untuk mengadakan gencatan senjata antara pihak Norodom Sihanouk dan Lon Nol.
Sekarang, Kamboja mulai berkembang berkat bantuan dari banyak pihak asing setelah perang, walaupun kestabilan negara ini kembali tergoncang setelah sebuah kudeta yang gagal terjadi pada tahun 1997.
Politik di Kamboja
Pemerintahan di Kamboja
Politik nasional di Kamboja mendapat tempat ketika pembuatan konstitusi nasional pada tahun 1993. Pemerintahan adalah monarki konstitusional dan dijalankan sebagai demokratik parlementer.
Sistem parlemen Kamboja adalah bikameral. Di mana dibagi menjadi dewan rendah, majelis nasional, atau Radhsphea dan sebuah dewan tinggi, senat, atau Sénat. 123 kursi anggota majelis terpilih untuk masa jabatan 5 tahun. Senat mempunyai 61 kursi, dua di antaranya dipilih oleh raja dan dua lainnya oleh majelis nasional, dan sisanya dipilih melalui pemilihan umum di 24 provinsi di Kamboja. Masa jabatan senat adalah 6 tahun.
Partai Rakyat Kamboja adalah partai utama di Kamboja. Partai ini menempati 73 kursi di majelis nasional dan 43 kursi di senat. Oposisi Partai Sam Rainsy adalah partai terbesar kedua di Kamboja dengan 26 kursi di majelis nasional dan 2 kursi di senat.
Kamboja merupakan salah satu negara dengan pemerintahan terkorup di dunia.
Militer di Kamboja
Angkatan Darat Kerajaan Kamboja, Angkatan Laut Kerajaan Kamboja, Angkatan Udara Kerajaan Kamboja, dan Polisi Militer Kerajaan Kamboja merupakan bagian dari Angkatan Bersenjata Kerajaan Kamboja, dalam komando dari Kementrian Pertahanan Kerajaan Kamboja, dipimpin oleh Perdana Menteri Kerajaan Kamboja.
Awal dari revisi struktur komandi pada awal tahun 2000 menjadi kunci pembentukan militer Kamboja. Pada tahun 2010, Angkatan Besenjata Kerajaan Kamboja memiliki sekitar 210.000 pasukan. Militer Kamboja menghabiskan 3% anggaran negara.
Polisi Militer Kerajaan Kamboja memiliki lebih dari 7.000 pasukan. Mereka bertugas untuk menjaga keamanan, untuk menginvestigasi dan menanggulangi kejahatan dan terorisme, untuk menjaga wilayah dan bangunan yang dilindungi, dan untuk mambantu dan mengevakuasi penduduk dari bencana dan konflik.
Agama
Agama Buddha Theravada adalah agama resmi di Kamboja, dengan jumlah pemeluk sekitar 95% dari total penduduk. Terdapat 4.392 wihara di kamboja.
Agama terbesar kedua adalah Islam yang merupakan etnis Chams dan Melayu. Mereka kebanyakan tinggal di Provinsi Kampong Cham. Terdapat 300.000 warga Muslim di negara ini.
Satu persen penduduk Kamboja memeluk agama Kristen, dengan yang terbesar adalah Kristen Katolik diikuti dengan Kristen Protestan. Terdapat sekitar 20.000 penduduk beragama Katolik di Kamboja dan merupakan 0,15% dari seluruh penduduk Kamboja.
Agama Buddha Mahayana adalah agama yang mayoritar dipeluk oleh warga Tionghoa dan orang Vietnam di Kamboja.
Pendidikan
Kementrian Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kerajaan Kamboja bertugas untuk membuat kurikulum untuk pendidikan di Kamboja. Sistem pendidikan di Kamboja sangat terpusat. Konstitusi Kamboja memberikan pendidikan gratis selama 9 tahun.
Sensus 2008 menunjukan bahwa 77,6% penduduk adalah terpelajar (85,1% laki-laki dan 70,9% perempuan). Secara tradisional, pendidikan di Kamboja diajarkan oleh para bhiksu.
Kesehatan
Angka harapan hidup adalah 60 tahun untuk laki-laki dan 65 tahun untuk perempuan pada tahun 2010. Ini meningkat dari angka harapan hidup pada tahun 1999 yaitu 49,8 tahun untuk laki-laki dan 46,8 tahun untuk perempuan. Pemerintah Kerajaan Kamboja berencana untuk meningkatkan kualitas kesehatan di negaranya dengan menanggulangi HIV/AIDS, malaria, dan wabah lainnya. Anggaran yang dikeluarkan untuk kesehatan adalah 5,8%.
Pembagian administratif
Kamboja dibagi menjadi 20 provinsi (khett) dan 4 kota praja (krong). Daerah Kamboja kemudian dibagi menjadi distrik(srok), komunion (khum), distrik besar (khett), dan kepulauan(koh).
- Kota Praja (Krong):
- Phnom Penh
- Sihanoukville (Kampong Som)
- Pailin
- Kep
- Provinsi (Khett):
- Banteay Meanchey, Battambang, Kampong Cham, Kampong Chhnang, Kampong Speu, Kampong Thom, Kampot, Kandal, Koh Kong, Kratié, Mondulkiri, Oddar Meancheay, Pursat, Preah Vihear, Prey Veng, Ratanakiri, Siem Reap, Stung Treng, Svay Rieng dan Takéo.
- Kepulauan (Koh):
- Koh Sess
- Koh Polaway
- Koh Rong
- Koh Thass
- Koh Treas
- Koh Traolach
- Koh Tral
- Koh Tang
Geografi
Kamboja mempunyai area seluas 181.035 km2. Berbatasan dengan Thailand di barat dan utara, Laos di timur laut dan Vietnam di timur dan tenggara. Ketampakan geografis yang menarik di Kamboja ialah adanya dataran lacustrine yang terbentuk akibat banjir di Tonle Sap. Gunung tertinggi di Kamboja adalah Gunung Phnom Aoral yang berketinggian sekitar 1.813 mdpl.
Ketampakan geografis yang menarik di Kamboja ialah adanya dataran lacustrine yang terbentuk akibat banjir di Tonle Sap. Gunung tertinggi di Kamboja adalah Gunung Phnom Aoral yang berketinggian sekitar 1.813 mdpl.
- Lokasi : Asia tenggara, berbatasan dengan teluk Thailand, antara Thailand, Vietnam dan Laos
- Koordinat Geografi : 13 00 U, 105 00 T
- Wilayah : Total 181.040 km2 dengan daratan 176.520 km2 dan Perairan: 4.520km2
- Perbatasan Darat : Total 2.572 km2 negara perbatasan : Laos 541 km, Thailand 803 km, Vietnam 1.228 km
- Garis pantai : 443 km
- Iklim : tropis, musim monsoon (mei sampai November); musim panas (Desember sampai april); sedikit variasi temperatur musiman
- Sumber Daya Alam : Minyak dan gas, kayu, batu berharga, besi mentah, manganese, phospates, hydropower potential
Isu lingkungan Negara kamboja adalah penebangan kayu illegal di sepanjang wilayah Negara, penambangan liar untuk batu berharga di wilayah barat perbatasan Thailand menyebabkan hilangnya habitat dan berkurangnya biodiversity (khususnya, perusakan rawa bakau yang mengancam perikanan alami); erosi tanah; di wilayah rural, sebagian besar populasi tidak memiliki akses air yang layak, penurunan persediaan ikan akibat penangkapan ikan yang ilegal dan berlebihan.
Letak geografis negara beriklim tropis itu bersebelahan dengan sejumlah negara anggota ASEAN. Wilayah bagian tengah Kamboja adalah sebuah basin atau cekungan yang dikelilingi oleh dataran yang luas. Wilayah Kamboja dialiri oleh Sungai Mekong yang merupakan sungai terpanjang di negara ini. Sebelah tenggara cekungan terdapat delta Sungai Mekong, sedangkan di sebelah utara dan barat daya cekungan terdapat beberapa rangkaian pegunungan. Di bagian timur Kamboja berupa dataran tinggi. Ketampakan geografis yang menarik di Kamboja ialah adanya dataran lacustrine yang terbentuk akibat banjir di Tonle Sap. Gunung tertinggi di Kamboja adalah Gunung Phnom Aoral yang berketinggian sekitar 1.813 mdpl.
Secara menyeluruh, bentuk wilayah Kamboja menyerupai piring. Di bagian tengahnya terdapat dataran besar Tonle Sap, sedangkan bagian tepi dibentuk oleh deetan pegunungan. Di sebelah utara terdapat Pegunungan Dong Rek (Phanon Dang Reh) dan di bagian barat terdapat Pegunungan Cardamon. Barisan pegunungan itu memiliki ketinggian 750 – 900 meter. Puncak tertingginya adalah Gunung Phnum Aoral (1.771 m). Di bagian timur dapat dijumpai Plato Rotanikiri dan Plato Mondol.
Danau Tonle Sap memiliki ciri geografis yang luar biasa. Air danau berasal dari Sungai Tonle Sap, yaitu anak Sungai Mekong yang meluap pada bulan Mei dan Oktober. Dalam bulan-bulan itu cabangcabang Sungai Mekong di wilayah Vietnam bagian selatan tidak mampu menampung luapan air itu. Akibatnya, luapan air kembali ke Sungai Bassac dan Sungai Tonle Sap, sehingga membanjiri daerah sekitar danau. Pada puncaknya, banjir tersebut akan melipat gandakan luas permukaan air danau.
Jika semula luas permukaannya hanya 3.000 km2 , maka oleh luapan banjir akan menjadi 10.000 km2 lebih. Gejala tersebut menguntungkan bagi kegiatan perikanan darat di Kamboja.
Daerah pantai sepanjang 560 km di tepi Teluk Thailand berupa tanah berbatu-batu. Dataran pantainya sebagian besar sempit dan terpotong-potong oleh Pegunungan Elephant yang membujur ke arah pantai. Wilayah tersebut memiliki pelabuhan alam terbaik yaitu di Teluk Kompong Som dan beberapa pulau di lepas pantai.
Kamboja memiliki banyak varietas tumbuhan dan hewan. Terdapat 212 spesies mamalia, 536 spesies burung, 240 spesies reptil, 850 spesies ikan air tawar (di area Danau Tonle Sap), dan 435 spesies ikan air laut.
Laju deforestasi di Kamboja adalah salah satu yang tertinggi di dunia. Pada tahun 1969, luas hutan di Kamboja meliputi lebih dari 70% dari luas total dan menurun menjadi hanya 3,1% pada tahun 2007. Kamboja kehilangan 25.000 kilometer persegi hutan.
Sebenarnya, Kamboja bisa menjadi sebuah negara yang kaya. Karena dalam beberapa tahun belakangan ini, kondisinya lebih baik dari Ethiopia, Turki, Peru, Mesir, Afganistan atau Irak. Namun dengan tidak stabilnya kondisi politik, maka kemungkinan pertumbuhan ekonomi tidak dapat terwujud.
Pertanian padi merupakan tanaman utama, terutama di sekitar Tonselap, istimewa dekat Battambang. Disepanjang sebelah menyebelah hilir Mekong dan di selatan Kompong Cham pada umumnya penghasilan padi rendah, namun demikian masih terdapat kelebihan padi untuk diekspor karena penduduknya tidak banyak.
Getah merupakan tanaman ladang yang paling penting dan juga sebagai bahan ekspor utama bagi negeri ini. Daerah penanamannya di sepanjang bukit Cardamon dan di tanah tinggi Annam dekat Kompong Cham. Lada hitam termasuk penting, terutama diusahakan orang Cina dan merupakan bahan ekspor. Daerah penanamannya di pegunungan Gajah dekat Kampot. Tanaman lain yang diusahakan merupakan tanaman kering seperti tembakau, kapas, kacang tanah, jagung, kapuk, tebu dan lain-lain. Tanaman ini terutama terdapat di tanah pamah sepanjang Mekong dan Tonselap, sedangkan Jute di sekitar Battambang untuk membuat goni, beras dan tikar kasar.
Perikanan merupakan kegiatan kedua di negara ini, kebanyakan para petani menjadi nelayan pada musim kering. Daerah perikanan terpenting ialah Tonselap yang menghasilkan 50% dari jumlah tangkapan ikan di Khmer. Daerah perikanan lainnya meliputi kawasan pinggir laut di sepanjang Mekong dan cabang-cabangnya di sawah padi dan paya-paya. Sebagian besar hasil tangkapan ikan di negara ini telah dijadikan bahan ekspor.
Bahan galian (pertambangan) kurang penting, karena jumlahnya kecil, hanya fosfat dan biji besi yang ditambang dalam jumlah besar. Biji besi terdapat dekat Phnom Penh dan posfat dekat Kampot dan Battambang.
Iklim di Kamboja
Iklim Kamboja didominasi oleh monsun. Rata-rata suhu di Kamboja antara 21 sampai 35 °C. Kamboja memiliki dua musim. Musim hujan terjadi pada Mei sampai Oktober, rata-rata suhu saat musim hujan adalah 22 °C. Musim kemarau berlangsung dari November sampai April dan suhu rata-ratanya bisa mencapai 40 °C pada bulan April. Bencana banjir pernah terjadi pada tahun 2001 dan kembali terjadi pada tahun 2002.
Keanekaragaman Hayati
Kamboja memiliki banyak varietas tumbuhan dan hewan. Terdapat sedikitnya 212 spesies mamalia, 536 spesies burung, 240 spesies reptil, 850 spesies ikan air tawar (di area Danau Tonle Sap), dan 435 spesies ikan air laut.
Laju deforestasi di Kamboja adalah salah satu yang tertinggi di dunia. Pada tahun 1969, luas hutan di Kamboja meliputi lebih dari 70% dari luas total dan menurun menjadi hanya 3,1% pada tahun 2007. Kamboja kehilangan 25.000 kilometer persegi hutan.
Penduduk
Kamboja merupakan negara yang berpenduduk nomor dua terkecil di Asia Tenggara dengan jumlah penduduk sekitar 10 juta jiwa. Mayoritas negara-negara lainnya di Asia Tenggara memiliki jumlah penduduk yang jauh lebih banyak daripada Kamboja, seperti : Indonesia dengan 210 juta jiwa, Vietnam dengan 80 juta jiwa, Philipina dengan 73 juta jiwa, Thailand dengan 64 juta jiwa, Myanmar 50 juta jiwa dan Malaysia 19.9 juta jiwa. Hanya Laos yang memiliki jumlah penduduk yang kecil dengan hanya 5.5 juta jiwa. Dengan perbandingan, Singapura memiliki jumlah penduduk sekitar 3.4 juta jiwa.Pada tahun 1975,
Selama empat tahun masa kekuasaan dari Khmer merah, jumlah penduduk menurun drastis menjadi hanya 6 juta jiwa, banyak dari mereka yang di bunuh oleh khmer merah tetapi ada juga yang kelaparan dan ada pula yang bermigrasi dalam jumlah yang cukup besar, terutama orang-orang dari etnik Vietnam.Kelompok penduduk yang dominan di Kamboja adalah dari etnik Khmer, sekitar 85 % dari jumlah keseluruhan penduduk kamboja. Sisanya adalah orang dari etnik Vietnam, lalu diikuti oleh orang-orang dari etnik Cina, dan sekitar 100.000 muslim Cham, serta yang terakhir adalah beberapa dari suku primitif.
Agama Buddha Theravada adalah agama resmi di Kamboja, dengan jumlah pemeluk sekitar 95% dari total penduduk. Terdapat 4.392 wihara di kamboja .Agama terbesar kedua adalah Islam yang merupakan etnis Chams dan Melayu. Mereka kebanyakan tinggal di Provinsi Kampong Cham. Terdapat 300.000 warga Muslim di negara ini. Satu persen penduduk Kamboja memeluk agama Kristen, dengan yang terbesar adalah Kristen Katolik diikuti dengan Kristen Protestan. Terdapat sekitar 20.000 penduduk beragama Katolik di Kamboja dan merupakan 0,15% dari seluruh penduduk Kamboja. Agama Buddha Mahayana adalah agama yang mayoritar dipeluk oleh warga Tionghoa dan orang Vietnam di Kamboja.
Angka harapan hidup adalah 60 tahun untuk laki-laki dan 65 tahun untuk perempuan pada tahun 2010. Ini meningkat dari angka harapan hidup pada tahun 1999 yaitu 49,8 tahun untuk laki-laki dan 46,8 tahun untuk perempuan. Pemerintah Kerajaan Kamboja berencana untuk meningkatkan kualitas kesehatan di negaranya dengan menanggulangi HIV/AIDS, malaria, dan wabah lainnya. Anggaran yang dikeluarkan untuk kesehatan adalah 5,8%.
Budaya di Kamboja sangatlah dipengaruhi oleh agama Buddha Theravada. Diantaranya dengan dibangunnya Angkor Wat. Kamboja juga memiliki atraksi budaya yang lain, seperti, Festival Bonn OmTeuk, yaitu festival balap perahu nasional yang diadakan setiap November. Rakyat Kamboja juga menyukai sepak bola. Tarian Kamboja dibagi menjadi tiga kategori: tarian klasik Khmer, tarian rakyat, dan tarian sosial.
Ekonomi
Perekonomian di Kamboja ditopang oleh sektor pertanian. Sekitar 80% lahan pertanian ditanami padi. Daerah penanaman padi berada di dataran besar Tonle ap dan sekitar Sungai Mekong. Hasil pertanian lainnya mmeliputi karet, umbi-umbian, jagung, buncis, dan tembakau. Kegiatan industri meliputi industri semen dan pengolahan karet.
Pada tanggal 9 November 1953, Perancis memberikan kemerdekaan untuk Kamboja dan pada saat itu Sihanouk menyatakan bahwa Kamboja merupakan negara netral yang tidak terlibat dalam perang Vietnam. Dalam periode 1970-1993, Kamboja memasuki masa perang saudara yang menghancurkan infrastruktur fisik dan kemampuan sumber daya manusia, sewaktu Pangeran Sihanouk pergi ke luar negeri, keponakannya Pangeran Sisowath Sirik Matak bersama Lon Nol melakukan kudeta. Semenjak itu kemelut semakin besar di negara Kamboja pada masa ini juga ditandai dengan berkuasanya rezim Khmer Merah. Bahasa resmi penduduk Kamboja adalah bahasa Khmer. Bahasa lain yang digunakan adalah bahasa Prancis, sebagian besar penduduk beragama Buddha. Jumlah penduduk negara ini 11.168.000 jiwa. Sebagian besar penghidupan penduduknya di sektor pertanian. Hasil pertanian di Kamboja adalah beras, jagung, merica, tembakau, kapas, gula aren, dan lain sebagainya. Sedangkan hasil tambangnya adalah besi, tembaga, mangan, dan emas. Hasil industri Kamboja adalah tekstil, kertas, plywood, dan minyak.
Tahun 1999, tahun pertama perdamaian setelah 30 tahun, pemerintah membuat kemajuan dalam reformasi ekonomi. AS dan Kamboja menandatangani Perjanjian Tekstil Bilateral, yang memberikan Kamboja jaminan quota untuk impor tekstil AS dan bonus karena memperbaiki kondisi bekerja dan mendorong hukum tenaga kerja Kamboja dan standar tenaga kerja internasional dalam industri tersebut. Dari 2001 sampai 2004, ekonomi tumbuh rata-rata 6.4%, disebabkan oleh ekspansi di bidang garmen dan pariwisata. Dengan berakhirnya Perjanjian WTO untuk Tekstil dan Pakaian tahun 2005, produsen tekstil di Kamboja terpaksa bersaing dengan negara produsen yang harganya lebih rendah seperti Cina dan India. Walaupun pertumbuhan GDP diperkirakan kurang dari 3%, lebih dari yang diharapkan untuk kinerja sector garmen membuat IMF memperkirakan pertumbuhan 6% di 2005. berhadapan dengan kemungkinan industri garmen yang menyediakan lebih dari 200.000 mata pencaharian mungkin terancam.
Pemerintah Kamboja berkomitmen untuk membuat kebijakan yang mendukung standar tenaga kerja yang tinggi sebagai usaha untuk berada di posisi pembeli. Industri pariwisata terus tumbuh dengan pesat, dengan turis asing yang datang lebih dari 1 juta sampai September 2005. di 2005, persediaan minyak dan gas alam yang dapat dieksploitasi ditemukan di bawah wilayah perairan Kamboja, menciptaka pemasukan baru untuk pemerintah saat penambangan komersial dimulai tahun mendatang. Pembangunan ekonomi jangka panjang tetap menjadi tantangan. Pemerintah Kamboja terus bekerja dengan pendonor bilateral dan multilateral, termasuk IMF dan Bank Dunia, untuk menyampaikan kebutuhan Negara yang mendesak. Desember 2004, pendonor resmi memeberikan $504 juta sebagai bantuan untuk 2005 dengan syarat pemerintah Kamboja melakukan langkah-langkah untuk mengurangi korupsi. Tantangan ekonomi besar untuk Kamboja untuk satu decade ke depan adalah untuk menciptakan lingkunag perekonomian di mana sector swasta dapat menciptakan pekerjaan yang cukup untuk mengatasi ketidakseimbangan demografi Kamboja. Lebih dari 50% dari populasi berusia 20 tahun atau kurang. Populasi kurang memiliki pendidikan dan kemampuan yang produktif, khusunya di wilayah yang didominasi kemiskinan yang menderita karena kekurangan infrastruktur dasar. Sebesar 75% dari populasi tetap terlibat dalam pertanian yang sudah kukuh. Perekonomian Kamboja sempat turun pada masa Republik Demokratik berkuasa. Tapi, pada tahun 1990-an, Kamboja menunjukkan kemajuan ekonomi yang membanggakan. Pendapatan per kapita Kamboja meningkat drastis, namun peningkatan ini tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara - negara lain di kawasan ASEAN. PDB bertumbuh 5.0% pada tahun 2000 dan 6.3 % pada tahun 2001. Agrikultur masih menjadi andalan utama kehidupan ekonomi masyarakat terutama bagi masyarakat desa, selain itu bidang pariwisata dan tekstil juga menjadi bidang andalan dalam perekonomian di Kamboja.
Perlambatan ekonomi pernah terjadi pada masa Krisis Finansial Asia 1997. Investasi asing dan turisme turun dengan sangat drastis, kekacauan ekonomi mendorong terjadinya kekerasan dan kerusuhan di Kamboja.
Pada tahun 2009 Dana Moneter Internasional (IMF), mengatakan, ekonomi Kamboja tahun 2009 menyusut lebih dari perkiraan sebelumnya karena krisis ekonomi global berdampak buruk di negeri ini.
IMF pada awal tahun 2009 memperkirakan penyusutan sebesar 0,5 persen tetapi sekarang melihat kontraksi 2,75 persen karena ekonomi “tidak bekerja sebaik yang diperkirakan” di beberapa daerah, pejabat IMF David Cowen mengatakan setelah kunjungan untuk mengevaluasi pembangunan.
Perekonomian Kamboja sempat turun pada masa Republik Demokratik berkuasa. Tapi, pada tahun 1990-an, Kamboja menunjukkan kemajuan ekonomi yang membanggakan. Pendapatan per kapita Kamboja meningkat drastis, namun peningkatan ini tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara - negara lain di kawasan ASEAN. PDB bertumbuh 5.0% pada tahun 2000 dan 6.3 % pada tahun 2001. Agrikultur masih menjadi andalan utama kehidupan ekonomi masyarakat terutama bagi masyarakat desa, selain itu bidang pariwisata dan tekstil juga menjadi bidang andalan dalam perekonomian di Kamboja.
Perlambatan ekonomi pernah terjadi pada masa Krisis Finansial Asia 1997. Investasi asing dan turisme turun dengan sangat drastis, kekacauan ekonomi mendorong terjadinya kekerasan dan kerusuhan di Kamboja.
Pertumbuhan ekonomi Kamboja didukung oleh empat sektor utama yaitu, pertanian, pariwisata, garmen dan properti. Pendapatan per kapita di Kamboja adalah 1.266 Dollar AS per tahun. Jumlah ini di dapat berdasarkan sistem pengukuran baru, yang digunakan oleh organisasi-organisasi internasional seperti Bank Dunia.
Perekonomian Kamboja sempat turun pada masa Republik Demokratik berkuasa. Tapi, pada tahun 1990-an, Kamboja menunjukkan kemajuan ekonomi yang membanggakan. Pendapatan per kapita Kamboja meningkat drastis, namun peningkatan ini tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara - negara lain di kawasan ASEAN. PDB bertumbuh 5.0% pada tahun 2000 dan 6.3 % pada tahun 2001. Agrikultur masih menjadi andalan utama kehidupan ekonomi masyarakat terutama bagi masyarakat desa, selain itu bidang pariwisata dan tekstil juga menjadi bidang andalan dalam perekonomian di Kamboja.
Setelah beberapa dekade terbelit perang dan konflik, kini Kamboja menikmati pertumbuhan ekonomi yang mencapai 10 persen/ tahun selama lima tahun terakhir. Namun, pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kamboja turun drastis menjadi 0.1%, sementara tahun 2010 diprediksikan mencapai 5%.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi telah menurunkan tingkat kemiskinan dari 47% pada tahun 1994 menjadi sekitar 30% pada tahun 2009. Dengan demikian Kamboja telah berhasil menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 1% setiap tahunnya. GDP per kapita meningkat dari US$ 247 pada tahun 1994 menjadi US$ 693 (2009) dan diprediksikan sebesar US$735 (2010).
Produk utama sektor pertanian Kamboja adalah padi. Pemerintah Kamboja telah berhasil meningkatkan kapasitas produksi padi sebanyak 2,6 ton per hektar selama tahun 2005-2008. Pada tahun 2008, Kamboja berhasil memproduksi 7,17 juta ton padi. Pada tahun 2009 Kamboja dapat memproduksi 8 juta ton beras.
Pemerintah Kamboja akan terus mendorong peningkatan produktivitas tanaman dari 2,6 ton per hektar menjadi 3 ton per hektar. Pemerintah juga akan melakukan diversifikasi pangan dengan mendorong peningkatan produksi maizena, kacang-kacangan, singkong, kentang, sayur-sayuran, soya bean dan tebu.
Guna mendukung trend peningkatan sektor pertanian, pada bulan April 2010, PM Hun Sen mencanangkan kebijakan pertanian baru yang dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian khususnya padi, antara lain dengan meniadakan lisensi ekspor untuk beras serta berbagai insentif investasi bagi sektor pertanian.
Sektor garmen merupakan salah satu sektor unggulan yang selama ini menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi Kamboja. Pada tahun 2008, sektor garmen menyumbangkan 15 persen dari GDP Kamboja dan 65 persen dari total ekspor Kamboja. Neraca perdagangan Kamboja sampai dengan tahun 2008 masih didominasi ekspor sektor garmen Kamboja yang tercatat mencapai USD 2,9 milyar, sedangkan impor garmen Kamboja sebesar USD 1,298 milyar. Pasar utama bagi garmen kamboja adalah Amerika Serikat dan Uni Eropa dengan 90% dari produknya diekspor ke kedua wilayah ekonomi tersebut.
Peningkatan signifikan terjadi pada semester pertama 2010 dengan peningkatan jumlah wisatawan sebesar 12.39 % dibandingkan periode yang sama tahun 2009. Diprediksikan bahwa total wisatawan pada tahun 2010 berkisar 2.4 juta orang atau mengalami peningkatan sebesar 12 %.
Tempat tujuan wisata utama Kamboja adalah Provinsi Siem Reap dengan daya tarikCandi Angkor Wat-nya, yang pada pertengahan tahun 2010 telah mencatatkan kedatangan wisatawan sebesar 640,944 atau 52.5% dari keseluruhan wisatawan ke Kamboja.
Sektor properti pada tahun 2009 mengalami penurunan yang cukup signifikan karena penurunan spending untuk megaproyek di Kamboja sehingga menyebabkan menurunnya investasi dari US$ 815 juta pada tahun 2008 menjadi US$ 490 juta tahun 2009.
Pada tahun 2011 pendapatan per kapita di Kamboja adalah sekitar $2.470 sampai $1.040. Pendapatan per kapita di Kamboja terus meningkat tetapi termasuk rendah dibandingkan negara lain di sekitarnya. Masyarakat kebanyakan bergantung kepada pertanian dan beberapa sektor lainnya. Nasi, ikan, kayu, tekstil, dan karet adalah ekspor utama Kamboja.
Perekonomian Kamboja sempat turun pada masa Republik Demokratik berkuasa. Tapi, pada tahun 1990-an, Kamboja menunjukkan kemajuan ekonomi yang membanggakan. Pendapatan per kapita Kamboja meningkat drastis, namun peningkatan ini tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara - negara lain di kawasan ASEAN. PDB bertumbuh 5.0% pada tahun 2000 dan 6.3 % pada tahun 2001.
Perlambatan ekonomi pernah terjadi pada masa Krisis Finansial Asia 1997. Investasi asing dan turisme turun dengan sangat drastis, kekacauan ekonomi mendorong terjadinya kekerasan dan kerusuhan di Kamboja.
Industri pariwisata adalah penghasilan terbesar kedua di Kamboja setelah industri tekstil. Antara Januari dan Desember 2007, terdapat sekitar 2 juta wisatawan asing, meningkat 18,5% dari tahun 2006. Kebanyakan wisatawan (51%) mengunjungi Siem Reap dan sisanya (49%) menuju Phnom Penh dan destinasi lainnya. Kebanyakan wisatawan datang dari Jepang, Cina, Filipina, Amerika, Korea Selatan, dan Prancis. Suvenir yang terdapat di Kamboja antara lain kerajinan dari keramik, sabun, rempah-rempah, ukiran kayu, kerajinan perak, dan kerajinan dari botol yang di dalamnya terdapat wine beras.
Sektor garmen merupakan salah satu sektor unggulan yang selama ini menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi Kamboja. Pada tahun 2008, sektor garmen menyumbangkan 15 persen dari GDP Kamboja dan 65 persen dari total ekspor Kamboja. Neraca perdagangan Kamboja sampai dengan tahun 2008 masih didominasi ekspor sektor garmen Kamboja yang tercatat mencapai USD 2,9 milyar, sedangkan impor garmen Kamboja sebesar USD 1,298 milyar. Pasar utama bagi garmen kamboja adalah Amerika Serikat dan Uni Eropa dengan 90% dari produknya diekspor ke kedua wilayah ekonomi tersebut.
Kamboja merupakan salah satu negara yang memiliki komoditas utama seperti pakaian, kayu, karet, beras, ikan, tembakau dan alas kaki. Kamboja memiliki hutan kayu yang paling berharga dan penghasil permata yang paling produktif di dunia (kecuali berlian). Kamboja, sebagian besar wilayahnya merupakan daratan yang subur karena di sana terdapat salah satu sungai terbesar di Asia, yaitu Sungai Mekong.
Sebenarnya, Kamboja bisa menjadi sebuah negara yang kaya. Karena dalam beberapa tahun belakangan ini, kondisinya lebih baik dari Ethiopia, Turki, Peru, Mesir, Afganistan atau Irak. Namun dengan tidak stabilnya kondisi politik, maka kemungkinan pertumbuhan ekonomi tidak dapat terwujud.
Pertanian padi merupakan tanaman utama, penanamannya terutama di sekitar Tonselap, istimewa dekat Battambang. Disepanjang sebelah menyebelah hilir Mekong dan di selatan Kompong Cham pada umumnya penghasilan padi rendah, namun demikian masih terdapat kelebihan padi utnuk diekspor karena penduduknya tidak banyak.
Getah merupakan tanaman ladang yang paling penting dan juga sebagai bahan ekspor utama bagi negeri ini. Daerah penanamannya di sepanjang bukit Cardamon dan di tanah tinggi Annam dekat Kompong Cham. Lada hitam termasuk penting, terutama diusahakan orang Cina dan merupakan bahan ekspor. Daerah penanamannya di pegunungan Gajah dekat Kampot. Tanaman lain yang diusahakan merupakan tanaman kering seperti tembakau, kapas, kacang tanah, jagung, kapuk, tebu dan lain-lain. Tanaman ini terutama terdapat di tanah pamah sepanjang Mekong dan Tonselap, sedangkan Jute di sekitar Battambang untuk membuat goni, beras dan tikar kasar.
Perikanan merupakan kegiatan kedua besarnya di negara ini, kebanyakn para petani menjadi nelayan pada musim kering. Daerah perikanan terpenting ialah Tonselap yang menghasilkan 50% dari jumlah tangkapan ikan di Khmer. Daerah perikanan lainnya meliputi kawasan pinggir laut di sepanjang Mekong dan cabang-cabangnya di sawah padi dan paya-paya. Sebagian besar hasil tangkapan ikan di negara ini telah dijadikan bahan ekspor.
Bahan galian (pertambangan) kurang penitng, karena jumlahnya kecil, hanya fosfat dan biji besi yang ditambang dalam jumlah besar. Biji besi terdapat dekat Phnom Penh dan posfat dekat Kampot dan Battambang.
Pariwisata
Industri pariwisata adalah penghasilan terbesar kedua di Kamboja setelah industri tekstil. Antara Januari dan Desember 2007, terdapat sekitar 2 juta wisatawan asing, meningkat 18,5% dari tahun 2006. Kebanyakan wisatawan (51%) mengunjungi Siem Reap dan sisanya (49%) menuju Phnom Penh dan destinasi lainnya. Kebanyakan wisatawan datang dari Jepang, Cina, Filipina, Amerika, Korea Selatan, dan Prancis. Suvenir yang terdapat di Kamboja antara lain kerajinan dari keramik, sabun, rempah-rempah, ukiran kayu, kerajinan perak, dan kerajinan dari botol yang di dalamnya terdapat wine beras.
Budaya
Budaya di Kamboja sangatlah dipengaruhi oleh agama Buddha Theravada. Diantaranya dengan dibangunnya Angkor Wat. Kamboja juga memiliki atraksi budaya yang lain, seperti, Festival Bonn OmTeuk, yaitu festival balap perahu nasional yang diadakan setiap November. Rakyat Kamboja juga menyukai sepak bola. Tarian Kamboja dibagi menjadi tiga kategori: tarian klasik Khmer, tarian rakyat, dan tarian sosial.
Di Kamboja terdapat beberapa tempai dengan akses internet gratis untuk publik seperti di kedai kopi, bar, restoran, dan SPBU. Kebanyakan masyarakat Kamboja menjelajah internet dengan menggunakan modem USB dan ponsel dengan biaya sekitar $12 per bulannya.
Seni dan pertunjukan tradisional biasanya digunakan sebagai bagian dari kehidupan masyarakat Khmer pada beberapa abad lalu, seperti yang digambarkan pada pahatan timbul Angkor Wat. Bagaimanapun, saat Khmer Merah memerintah di Kamboja dari tahun 1975 hingga 1979, banyak seni Khmer yang dilarang dan dihancurkan, termasuk kuil-kuil. Banyak juga penari, penyanyi, dan artis yang dibunuh.
Sekarang Kamboja dengan bantuan dari negara-negara asing, mencoba untuk menghidupkan kembali seni dan budaya tradisionalnya. Saat ini pertunjukan seni tradisional seperti tarian Apsara, paling banyak diadakan oleh organisasi swasta, seperti hotel dan restoran.
Tari Tradisional Kamboja (Robam)
Tari Tradisional Kamboja (Robam) Ratusan tahun yang lalu, Robam (tari) Apsara ditampilkan hanya untuk Kerajaan Khmer, walaupun setelah itu tarian ini juga ditampilkan untuk perayaan khusus Kerajaan, seperti perayaan setelah menang dari perang. Akan tetapi sebuah serangan yang dilakukan Kerajaan Siamese (sekarang Thailand) pada abad ke-15 berimbas ke Robam Apsara. Serangan tersebut memaksa Kerajaan Khmer untuk memindahkan ibu kota mereka ke Phnom Penh dan sejak itu tarian ini pun hanya dipertunjukkan secara terbatas hanya di kalangan istana.
Tari Apsara, seperti tarian Khmer lainnya, biasanya ditemani oleh orkes klasik Khmer, Pinpeat di Phnom Penh, Kamboja (klik di sini untuk informasi lebih lanjut tentang Pinpeat).
Pada awal tahun 1900, Ratu Khmer Sisowath Kossamak Nearireath “meluncurkan kembali” Tari Apsara untuk rakyat Kamboja. Dia diketahui mempelajari sejarah Tari Apsara dari banyak literasi, termasuk dari relief timbul pada kuil-kuil di provinsi Siem Reap.
Saat ini Tari Apsara dapat ditonton di hotel dan restoran di Phnom Penh. Savana Phum, sebuah teater yang mengatur pertunjukan kesenian Khmer, termasuk boneka bayangan, biasanya diadakan setiap hari Jumat dan Sabtu pk. 19:30.[2]
- Buong Suong
Sejarawan mempercayai Buong Suong adalah tarian Khmer yang paling kuno. Tarian dibawakan satu kali, di bawah perintah Kerajaan untuk meminta hujan pada dewa-dewa selama musim kering dan berkah untuk rakyat Kerajaan Khmer.
Sayangnya, informasi yang tersedia mengenai Buong Suong tidak selengkap Tari Apsara, yang bisa dipelajari dari banyak relief timbul pada kuil Angkor. Para ahli yakin sejak Khmer Merah menghabisi para aktor, penari, dan orang-orang yang berprofesi serupa, informasi lengkap mengenai Buong Suong menjadi sangat sedikit.
- Robam Trot (Tari “Troddi”)
Tarian rakyat tradisional Khmer ini biasanya ditampilkan selama perayaan-perayan Tahun Baru Kamboja. Dipercaya bahwa tarian ini sebenarnya berasal dari bagian barat (barat laut) Kamboja saat masyarakat Khmer belum terpengaruh oleh budaya India kuno. Tanggal Tahun Baru Kamboja pada 2012.
Robam Trot (Tari Troddi) memiliki arti membuang ketidakberuntungan pada tahun lalu dan mengharapkan kehidupan yang lebih baik di Tahun Baru. Kadang tarian ini juga dibawakan untuk meminta hujan selama musim kemarau. Penari biasanya terdiri dari 16 orang, baik pria dan wanita.
Musik tradisional
Seperti tarian-tarian tradisional, beberapa instrumen musik tradisional Kamboja juga terlihat pada dinding-dinding kuil di era Angkorian, yang digambarkan pada relief timbul. Beberapa instrumen musik tradisional mereka sangat mirip dengan alat musik tradisional Jawa, seperti “gamelan” Jawa. Beberapa ahli menyarankan agar mantan Raja Khmer Jayavarman II membawa pengaruh dari budaya kuno Jawa ke Kamboja setelah dia kembali dari pulau Jawa pada akhir tahun 700-an.
Musik tradisional Khmer juga menderita akibat rezim Khmer Merah dan saat ini terjadi kekurangan musisi tradisional Khmer di Kamboja karena banyak di antara mereka yang dibunuh. Namun beberapa ahli musik asing, bersama dengan musisi Kamboja yang bertahan di rezim Khmer Merah, telah mengeksplorasi dan mencoba untuk membantu perkembangan musik ini.
Pada masa lampau, masyarakat Khmer memainkan musik untuk mengiringi pertunjukan penari atau pada perkumpulan sosial. Musik mereka biasanya tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Melodinya cukup mudah dan tidak ada sistem notasi.
Di antara musik tradisional Khmer, seperti Pinpeat, Mohori, Phleng Kar (musik perkawinan Khmer), dan Phleng Arak (lebih sering dimainkan untuk memberi penghormatan pada leluhur mereka), dua di antaranya dijelaskan di bawah:
- Pinpeat
“Pi” mengacu pada alat musik dari buluh dan ‘peat’ mengacu pada alat musik perkusi. Pinpeat biasanya dimainkan untuk mengiringi penari tradisional Khmer, dan juga selama acara keagamaan. Saat mengiringi penari Khmer, Pinpeat merupakan cara berinteraksi antara musisi, penari, dan vokalis.
Pada umumnya Pinpeat terdiri dari sekitar 9 instrumen, penyanyi dan paduan suara. Sekarang, karena keberadaan musisi tradisional Khmer terbatas, Pinpeat terkadang ditampilkan dengan instrumen yang lebih sedikit. Instrumen yang paling sering adalah Roneat (lihat gambar di sebelah kiri); sebuah silofon; Kong Thom, gong bulat besar (gambar kecil di belakang Roneat); Sampho (drum kecil berkepala ganda); Skor Thom (sebuah drum besar).
- Mohori
Pada dahulu kala Mohori dipentaskan di Kerajaan Istana, sama seperti Pinpeat walaupun terkadang dimainkan juga di beberapa desa. Walaupun instrumen musik yang digunakan mirip dengan Pinpeat, instrumen utama Mohori terdiri dari dua jenis Roneat dan dua jenis Tro (biola Khmer).
Transportasi
Sistem transportasi negeri ini telah terganggu dengan hebatnya perang. Pembinaan jalan raya dan kereta api pada umumnya mudah karena bentuk muka bumi rendah. Nasalah yang dihadapi hanyalah banjir pada musim hujan. Jadi pengangkutan daratnya boleh dikatakan memuaskan. Jalan raya menghubungkan semua bandar besar denag Phnom Penh ke negeri Thailand dan dari Phnom Penh ke Kompongsom.
Pengangkutan air terutama disekitar sunagi Mekong merupakan jalan utama hingga ke Phnom Penh. Lalu lintas pinggir laut pada umumnya tidak penting kecuali di Kompongsom pelabuhan yang baru dibangun.
Kamboja telah memperbaiki jalan raya sehingga memenuhi standar internasional pada tahun 2006. Kebanyakan jalan utama sekarang telah dipaving.
Kamboja memiliki dua jalur kereta api dengan total panjang sekitar 612 kilometer. Jalur kereta api tersedia untuk rute Sihanoukville sampai ke bagian selatan Kamboja, dan dari Phnom Penh sampai Sisophon.
Angka kecelakaan lalu lintas di Kamboja sangat tinggi berdasarkan standar internasional. Pada tahun 2004, angka kecelakaan per 10.000 kendaraan adalah sepuluh kali lipat lebih tinggi daripada angka kecelakaan di negara maju, dan angka kematian kecelakaan telah meningkat dua kali lipat dalam waktu tiga tahun.
Kamboja memiliki empat bandara. Bandara Internasional Phnom Penh(Pochentong) di Phnom Penh adalah yang terbesar kedua di Kamboja. Bandara Internasional Siem Reap-Angkor adalah bandara terbesar di Kamboja. Bandara lainnya terdapat di Sihanoukville dan Battambang.
Hubungan diplomatik dengan Indonesia
Hubungan diplomatik Indonesia dengan Kamboja telah terjalin sejak tahun 1957, kedua negara menandatangani Perjanjian Persahabatan di Jakarta pada 13 Februari 1959.
Dalam kurun waktu Januari-Mei 2008, total nilai perdagangan Indonesia dan Kamboja mencapai 67,51 juta dolar AS dengan surplus bagi Indonesia sebesar 66,35 juta dolar AS.
Nilai perdagangan tersebut naik sebesar 20 persen dari total perdagangan dalam periode yang sama pada tahun 2007 (56,02 juta dolar AS) dengan surplus sebesar 54,67 juta dolar AS bagi Indonesia.
Hubungan kerja sama antara Kamboja dengan Indonesia dalam ASEAN salah satunya adalah ditandatanganinya persetujuan bebas visa bagi pemegang paspor biasa untuk kedua negara.
Kerja sama yang ditandatangani pada tanggal 2 Juni 2010 tersebut, diharapkan dapat meningkatkan "people to people contact" antarkedua negara, dan peningkatan interaksi yang lebih baik dari kalangan bisnis untuk mendukung kerja sama ekonomi di kedua negara
Dalam hubungan pengembangan kerja sama budaya, Kamboja bersama-sama dengan Thailand, Laos, dan Vietnam, telah berpartisipasi dalam serangkaian kegiatan bertajuk "Cultural Heritage Tourism Cooperation-Trail of Civilization" yang diselenggarakan di Yogyakarta, pada Agustus 2006.
Kerja sama ini merupakan upaya realisasi dari gagasan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengembangkan kerja sama "sister temple" dengan negara-negara tersebut.
Kegiatan itu menghasilkan "Borobudur Declaration" dan "Borobudur Plan of Actions" yang menegaskan komitmen kerja sama kebudayaan antara lain dalam bidang pengembangan sumber daya manusia, promosi dan pemasaran, dan kerja sama sektor swasta.
Sementara itu, mengenai konflik Kamboja-Thailand, juga akan dibahas dalam KTT ASEAN Ke-18 di Jakarta, namun tidak dalam sesi khusus. Pertikaian keduanya hanya akan dibahas dalam sesi umum pembahasan masalah-masalah kawasan dan akan wajar bila tidak terselesaikan dalam rangkaian acara itu.
Menteri Luar Negeri RI, Marty Natalegawa, mengatakan, akan ada pertemuan bilateral antara Indonesia dengan Kamboja serta Indonesia dengan Thailand untuk membahas konflik perbatasan yang sudah menelan korban jiwa itu.
0 Comments