Suhu Sangat Dingin di Dieng dan Sejumlah Daerah: Apa penyebab dan dampaknya?

Arif Suryojatmiko, warga Solo, Jawa Tengah, merasakan dinginnya suhu di Bukit Sikunir Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah, saat berwisata akhir pekan lalu.
Ia mengatakan sekitar pukul 05.00 hingga 06.00, saat menunggu matahari terbit, suhu mencapai -2 hingga -5 derajat Celcius.
"Nggak cuma kedinginan... Satu badan sudah sampai gemetaran sekali. Sudah nggak bisa anteng," kata Arif.
Arif mengatakan dia juga menyaksikan bagaimana embun membeku dan berubah bentuk menjadi butiran es (frost).
Pemandu wisata Dieng, Dwie Kurniawan, mengatakan pada malam hari, suhu di Dieng mencapai 8 hingga 11 derajat Celcius.
Di waktu normal, katanya, suhu di Dieng berkisar antara 12 derajat Celcius di pagi hari dan 14 hingga 17 derajat di malam hari.

Apa yang terjadi?

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono R. Prabowo menyebut fenomena ini dipengaruhi aliran massa udara dingin dan kering dari Australia yang dikenal dengan aliran monsun dingin.
Wilayah yang akan terekspos monsun Australia, katanya, adalah bagian selatan Indonesia, seperti Jawa, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Bali.
"Kondisi udara yang relatif lebih dingin, terutama pada malam hari dapat dirasakan lebih signifikan di wilayah dataran tinggi atau pegunungan," ujarnya.

Dieng
Cuaca dingin di Dieng menyebabkan fenomena "embun es".

Mulyono mengatakan fenomena ini normal dan rutin terjadi di musim kemarau.
Saat kemarau, ujarnya, udara sangat sedikit tertutup oleh awan dan saat siang permukaan tanah mendapat radiasi panas yang cukup banyak.
Akibatnya, di siang hari, suhu dapat menjadi sangat panas.
"Namun saat malam hari, bumi bergantian melepaskan panas (ke atmosfer). Kondisi demikian menyebabkan suhu di permukaan menjadi turun," ujar Mulyono.
Bromo, Jawa Timur, adalah wilayah yang juga mengalami suhu yang lebih dingin beberapa waktu belakangan.

Bromo Tengger
Hak atas fotoSuhu yang lebih dingin dari biasa juga dirasakan di area Gunung Tengger.

Winarno, seorang guru SD yang tinggal sekitar 12 kilometer dari Gunung Bromo, mengatakan suhu di daerahnya mencapai 11 hingga 12 derajat Celcius beberapa hari lalu.
Warga Tosari, Pasuruan itu mengatakan fenomena itu memang kerap terjadi setiap kemarau.
"Warga Tengger itu...kalau musim dingin pakai selimut satu atau dua masih tembus dingin," katanya.
Selain Dieng dan Bromo, sejumlah daerah lain seperti Frans Sales Lega (NTT) dan Tretes (Pasuruan), juga mengalami fenomena yang diestimasi akan berlangsung hingga awal September ini.

Apa dampaknya?

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono R. Prabowo menyebut embun salju dapat merusak jaringan tanaman.
"Tanaman kalau kena (embun salju) dapat menjadi busuk," katanya.

bromo
Hak atas fotoButiran salju di atas dedaunan dan pasir di Gunung Bromo.

Sementara di Bromo, Winarno mengatakan warga yang juga banyak membudidayakan kentang sudah terbiasa dengan keadaan itu.
"Mereka yang ada di Tengger sudah biasa-biasa saja karena ada persepsi salju itu nantinya membawa berkah," katanya.
Sementara itu, pemandu wisata Dieng, Dwie Kurniawan, menuturkan bahwa fenomena embun es sangat disukai wisatawan.
"Ini menjadi daya tarik bagi wisatawan yang penasaran," ujarnya.

Apa yang harus dilakukan warga?

Warga yang tinggal di sekitar Dieng dan Bromo biasanya menghangatkan diri dengan anglo yang berisi arang.
Meski begitu, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono R. Prabowo meminta warga juga wisatawan untuk menjaga kesehatan, terutama dari flu, dalam fase ini.
"Warga cenderung sensitif dengan perubahan yang sifatnya mendadak. Kecenderungannya akan mengurangi daya tahan tubuh," ucapnya.
Para pendaki gunung juga diminta lebih waspada dalam kondisi ini.
Ia mengimbau para pendaki untuk membawa jaket dan sarung tangan yang lebih tebal serta peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan.


Buka juga :

Post a Comment

0 Comments